Sukses

Kinerja Pemerintah Dinilai Mati Rasa

Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafi`i Ma`arif berharap, pemerintah segera mendengarkan suara masyarakat untuk memperbaikinya.

Liputan6.com, Jakarta: Mantan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafi`i Ma`arif melontarkan kritikan pedas terhadap pemerintah. Pendiri Maarif Institute itu menilai pemerintah sekarang mengalami gejala mati rasa terhadap berbagai persoalan. "Saya takut nanti ada kemarahan masyarakat," kata Syafi'i dalam diskusi di Jakarta, Senin (1/2), seperti dilansir ANTARA.

Kritik diungkapkan Syafi`i menanggapi berbagai persoalan ketimpangan dalam masyarakat. Ia berharap pemerintah segera mendengarkan suara masyarakat untuk memperbaikinya. Bila tidak, maka kemarahan seperti dukungan masyarakat terhadap Prita Mulyasari misalnya, memiliki efek yang begitu hebat. "Pemerintah harus memasang telinganya ke bumi," ucap Syafi'i.

Sejumlah persoalan yang disorot Syafi`i yaitu pemberian fasilitas mobil mewah kepada anggota Kabinet Indonesia Bersatu II senilai Rp 1,2 miliar. Termasuk pembangunan pagar istana Rp 22,5 miliar, rencana kenaikan gaji pejabat sebesar 20 persen, dan rencana pembelian pesawat kepresidenan. Di sisi lain, pemerintah justru akan menaikan tarif dasar listrik golongan menengah dan industri.

Syafi`i menegaskan, pesan yang disampaikan tak bermaksud kebencian, tapi didorong rasa sayangnya terhadap Bangsa. Bagi peraih Magsaysay Award 2008 kategori Perdamaian dan Pemahaman Internasional itu, periode kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono kurang dinamis.

Lebih jauh Syafi`i menjelaskan, pada periode pertama pemerintahan SBY, terlihat jelas sosok mantan Wapres Jusuf Kalla yang bisa mendinamiskan pemerintahan. Menurut Syafi`i, JK berani membuat terobosan yang tak populer namun hal itu penting dilakukan bangsa ini. "Pemimpin perlu terobosan-terobosan. Ini kita harus cepat lakukan perubahan. Kalau tidak kita ketinggalan," ujar politisi kelahiran 31 Mei 1935.(AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini