Sukses

Anggota DPR: Saatnya Indonesia Jalani Swasembada Alutsista

Menurut anggota Komisi I DPR Fayakhun Andriadi, setelah melewati proses panjang membangun industri militer dan melalui sejarah perjuangan bersenjata, kini saatnya Indonesia menjalani tahapan swasembada alat utama sistem persenjataan.

Liputan6.com, Jakarta: Anggota Komisi I DPR Fayakhun Andriadi menyatakan, setelah melewati proses panjang membangun industri militer dan melalui sejarah perjuangan bersenjata, kini saatnya Indonesia menjalani tahapan swasembada alat utama sistem persenjataan (Alutsista). "Jika PT Pindad sudah mampu mendesain, merekayasa, memproduksi senjata laras pendek dan laras panjang, bukankah sesungguhnya kita sudah (mulai menjalani) swasembada pistol dan bedil," kata Fayakhun di Jakarta, Kamis (29/10).

Pakar politik dan pertahanan yang terpilih menjadi anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jakarta II itu menilai, dengan kemajuan dunia industri pertahanan itu, dan karena ada pengalaman historik heroik di medan tempur oleh TNI, berarti RI sesungguhnya mampu memproduksi sebanyak-banyaknya senjata tanpa terkendala biaya.

"Yang aneh, kenapa proses pembeliannya (Alutsista) selama ini, pihak Departemen Pertahanan (Dephan) menggunakan fasilitas kredit ekspor (KE) dari negara lain? Sekali lagi ini aneh," ujar anggota Dewan dari Fraksi Partai Golkar, seperti dikutip ANTARA. Ia mengemukakan PT Pindad ternyata juga sudah mampu swasembada granat, mortir ukuran lima dan delapan serta meriam kaliber menengah.

"Ini yang perlu diekspos dan didukung. Jangan kita terus keenakan impor saja, karena mungkin dengan cara itu bisa `menggemukkan` orang-orang tertentu. Gunakan produksi senjata sendiri, itu lebih menguntungkan negara," tegasnya. Dengan pengalaman dan kemampuan yang ada tersebut, ia menganjurkan selanjutnya bisa ditingkatkan kepada swasembada roket beserta seluruh peralatan yang melekat pada awak.

"Peralatan dimaksud seperti baju, sepatu, helm, rompi antipeluru, pistol, bedil, granat, hingga amunisinya. Dan sebagian besar item ini sudah bisa kita produksi sendiri. Jadi, semestinya kan sudah swasembada `beneran`. Jangan lagi keenakan impor dengan keuntungan hanya dinikmati pedagang serta orang-orang tertentu," kata Fayakhun.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.