Liputan6.com, Jakarta: Tak mudah menggarap acara debat calon wakil presiden yang berlangsung di Studio SCTV, Senayan City, Selasa (23/6) malam. Soal penempatan kamera dan posisi kandidat tak langsung mulus. Produser Eksekutif Liputan 6 SCTVÂ Adi Prasetya, yang terlibat sejak awal dalam produksi acara, berkisah, kamera utama diletakkan di sebuah panggung kecil. Masalahnya, panggung itu juga ditempati para fotografer. Mereka sangat dinamis dalam bekerja, kalau tak mau disebut mondar-mandir. Alhasil, langkah kaki mereka pun kerapkali membuat kamera bergoyang tak beraturan. Akibatnya bisa diterka, gambar pun goyang tak karuan, sehingga tak layak muncul ke layar televisi.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, kamera dipindahkan ke tengah. Tapi, masalah lain muncul. Salah satu tim sukses memprotes penempatan itu karena dianggap akan menghalangi sorotan kamera lain di seberang. "Posisi mereka tertutupi," kata Adi. Terpaksa, harus dicarikan posisi lain untuk kamera tersebut. Tak ada jalan lain, kamera akhirnya dipasang di sebuah titik meski tak bisa tegak lurus dengan panggung utama.
Soal pengaturan posisi kandidat juga punya cerita sendiri. Liputan 6 SCTVÂ mengusulkan agar posisi mereka membentuk segitiga. Tujuannya agar para kandidat bisa saling melihat. Pada debat capres putaran pertama, posisi mereka sejajar sehingga menyulitkan seorang capres yang sedang berbicara jika ingin melihat kandidat lainnya. Namun, tim sukses kembali menolak. Alasan mereka, desain visual di belakang para kandidat tak sesuai keinginan. Kompromi tercapai dengan formasi elips atau hampir setengah lingkaran, seperti yang bisa Anda saksikan di layar SCTV semalam.
Ada juga cerita tentang seorang anggota tim sukses yang meminta ganjal kaki untuk berdiri kandidat yang bersangkutan. Beberapa saat kemudian, anggota lain tim sukses yang sama malah menolaknya. "Siapa yang minta level dinaikkan?" mereka bertanya satu sama lain. Dan, mereka pun tak satu suara. (ROM)
Untuk mengatasi persoalan tersebut, kamera dipindahkan ke tengah. Tapi, masalah lain muncul. Salah satu tim sukses memprotes penempatan itu karena dianggap akan menghalangi sorotan kamera lain di seberang. "Posisi mereka tertutupi," kata Adi. Terpaksa, harus dicarikan posisi lain untuk kamera tersebut. Tak ada jalan lain, kamera akhirnya dipasang di sebuah titik meski tak bisa tegak lurus dengan panggung utama.
Soal pengaturan posisi kandidat juga punya cerita sendiri. Liputan 6 SCTVÂ mengusulkan agar posisi mereka membentuk segitiga. Tujuannya agar para kandidat bisa saling melihat. Pada debat capres putaran pertama, posisi mereka sejajar sehingga menyulitkan seorang capres yang sedang berbicara jika ingin melihat kandidat lainnya. Namun, tim sukses kembali menolak. Alasan mereka, desain visual di belakang para kandidat tak sesuai keinginan. Kompromi tercapai dengan formasi elips atau hampir setengah lingkaran, seperti yang bisa Anda saksikan di layar SCTV semalam.
Ada juga cerita tentang seorang anggota tim sukses yang meminta ganjal kaki untuk berdiri kandidat yang bersangkutan. Beberapa saat kemudian, anggota lain tim sukses yang sama malah menolaknya. "Siapa yang minta level dinaikkan?" mereka bertanya satu sama lain. Dan, mereka pun tak satu suara. (ROM)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.