Sukses

Sjafrie Sjamsoeddin Resmi Menjabat Kapuspen TNI

Serah terima jabatan Kapuspen TNI dari Marsekal Muda TNI Graito Usodo kepada Mayor Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin, berlangsung tertutup. Sjafrie dinilai sebagai prajurit berintelektual tinggi.

Liputan6.com, Jakarta: Serah terima jabatan Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI dari Marsekal Muda TNI Graito Usodo kepada penggantinya Mayor Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mabes TNI Cilangkap, Senin (4/3) pagi, berlangsung tertutup. Graito mengatakan sertijab itu tertutup untuk pers untuk kelancaran acara yang menggunakan protokoler kemiliteran.

Seusai sertijab, puspen TNI berjanji akan mengadakan konferensi pers. Kapuspen lama dan pejabat baru akan hadir. Selanjutnya, dijadwalkan akan berlangsung acara lepas sambut. Format sertijab Kapuspen yang tertutup ini pernah berlangsung pada 1999 silam yaitu dari Mayjen TNI Syamsul Maarif kepada Marsda TNI Graito Usodo. Kapuspen baru Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin sebelumnya menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli Panglima TNI. Sedangkan Marsda TNI Graito Usodo akan ditarik menjadi perwira tinggi di Mabes TNI.

Menanggapi pengangkatannya sebagai Kapuspen TNI, Sjafrie mengatakan bisa menghormati kontroversi itu [baca:Sjafrie: "Saya Menghormati Kontroversi"]. Mantan Panglima Komando Daerah Militer Jaya ini dinilai terkait Kasus Kerusuhan Trisakti.

Sjafrie terlahir sebagai anak kolong. Ayahnya, Sjamsoeddin adalah anggota ABRI, terakhir berpangkat letnan kolonel. Hasrat Sjafrie menjadi tentara tumbuh ketika duduk di SMA IV. Lokasi sekolahnya dekat dengan Markas Komando Daerah Militer Jaya yang ketika itu berada di Lapangan Banteng.

Setelah lulus SMA, anak keenam dari sebelas bersaudara ini melamar ke Akabri dan terpilih dari ribuan pelamar. Saat menjalani masa pendidikan di Magelang, Jawa Tengah, 1973, dia pernah terpilih menjadi Komandan Korps Taruna, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono--kini Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan.

Sejak lulus dari Akabri, Sjafrie bergabung dengan pasukan elite Komando Pasukan Khusus. Dia kenyang dengan pengalaman bertempur di lapangan. Sjafrie diterjunkan tiga kali ke Timor Timur (1976, 1984, 1990) dalam Operasi Falmboyan. Dia juga memimpin pasukan Kopassus dalam Operasi Nanggala XXI ketika menangani Gerakan Aceh Merdeka pada 1977 di Nanggroe Aceh Darussalam.

Sepulang dari Aceh, pria berperawakan tinggi ramping ini bertugas sebagai anggota Satuan Pengawal Pribadi Presiden. Tugas ini dijalaninya dari tahun 1978-1984, dari pangkat letnan satu sampai kapten. Kemudian, Sjafrie terjun bersama Agum Gumelar, bekas Pangdam VII/Wirabuana, dalam Tim Maleo pada 1987 di Irianjaya. Posisi yang pernah disandangnya di korps baret merah antara lain Komandan Batalyon (Danyon) Grup I dan Wakil Asisten Operasi Komandan.

Pada 1993, Sjafrie kembali diperintahkan bertugas di Istana. Kali ini, dia menjadi komandan Grup A Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres) menggantikan Subagyo H.S.--bekas Kepala Staf Angkatan Darat. Ia mengawal Presiden Soeharto dalam berbagai kunjungan muhibah ke Malaysia, Filipina, Sri Lanka (1979), Amerika Serikat, dan Jepang (1980), Korea, Spanyol (1982), Malaysia, Singapura (1984), Amerika, Timur Tengah, Tunisia (1993), India (1994), Denmark, dan Bosnia.

Awal Maret 1995, Sjafrie mendapat penugasan baru sebagai Komandan Rayon Militer 061 Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. Di masa kepemimpinannya, Korem Suryakencana pernah menjadi Korem Terbaik. Di Korem ini, Sjafrie bertugas kurang dari satu tahun. Pada Februari 1996, dia hijrah ke Jakarta untuk menduduki posisi baru: sebagai Kepala Staf Garnisun Ibu Kota, dengan pangkat brigadir jenderal.

Bintang Sjafrie mulai bersinar saat dilantik sebagai Pangdam Jaya pada 24 September 1997. Saat itu usianya terbilang muda, 45 tahun. Ayah dua anak ini, Mohamad Benriyadin dan Nita, menggantikan Mayjen Sutiyoso yang terpilih sebagai Gubernur DKI Jaya. Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan itu menjadi orang kedua lulusan Akabri 1974 yang memperoleh bintang dua setelah Mayjen TNI Prabowo Subiyanto.

Sjafrie dinilai sebagai prajurit berintelektual tinggi. Dia sempat menimba ilmu Terrorism In Low Intensity Conflict di Fort Benning, Amerika Serikat. Penggemar renang ini menjadi lulusan terbaik dengan mengalahkan peserta lainnya dari Amerika dan negara-negara lain.

Dengan segudang pengalaman bertempur dan kemampuan manajemen yang dapat diandalkan, Sutiyoso memuji Sjafrie sebagai seorang prajurit yang dapat dijadikan contoh dan panutan oleh prajurit lain. Sjafrie bukan nama asing di lingkungan Kodam Jaya. Sebab, sejak 1996, dia menjabat kepala staf Kodam Jaya. Dia dipandang sangat memahami peta kerawanan di Ibu Kota.

Selama menjabat sebagai Pangdam Jaya, pria kelahiran 30 Oktober 1952 itu bertugas mengamankan Pesta Olah Raga SEA Games dan pelaksanaan Sidang Umum MPR. Seusai kerusuhan Mei 1998, Sjafrie dimutasikan ke Markas Besar TNI di Cilangkap menjabat sebagai Asisten Teritorial Kepala Staf Umum (Aster Kasum) ABRI.(COK/Eva Yunizar dan Eko Purwanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini