Sukses

Omar Halim: Resolusi Itu Mengambil Momentum Tepat

Rencana AS untuk memerangi terorisme dan dukungan PBB terhadapnya dianggap memanfaatkan momentum yang tepat. Genderang perang antara AS dan pihak teroris telah dibunyikan.

Liputan6.com, Jakarta: Amerika Serikat siap menggempur markas Osama Bin Laden di Afghanistan, menyusul aksi teroris di New York dan Washington D.C. yang menelan ribuan jiwa tak berdosa pada 11 September 2001. Bahkan, pemerintah AS patut berlega hati, soalnya Dewan Keamanan (DK) Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mendukung langkah memerangi terorisme itu dengan Resolusi Nomor 1368 Tahun 2001.

Sehubungan dengan hal itu, mantan Under Secretary General PBB Omar Halim menilai, resolusi tersebut mempunyai momentum yang tepat. Soalnya, perhatian dunia tertuju pada tragedi di AS. "Tentu saja, sebagian besar negara akan menyetujuinya," ujar Omar saat berdialog dengan peneliti Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Kusnanto Anggoro dan reporter SCTV Nunung Setiyani di Jakarta, Ahad (16/9) petang.

Omar menjelaskan, sejumlah butir Resolusi DK PBB itu menyebutkan bahwa terorisme mengancam perdamaian dunia, karenanya setiap negara harus memeranginya. Butir lainnya menyebutkan, PBB memperbolehkan suatu negara untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu terhadap sebuah negeri atau golongan yang melakukan maupun melindungi terorisme. Selain itu, PBB bakal menerapkan sanksi terhadap suatu negara yang melakukan atau melindungi kegiatan teroris.

Di mata Omar, langkah pemerintah AS itu lantaran desakan domestik. Bila Presiden George W. Bush tidak menuruti keinginan publiknya, kredibilitasnya akan turun. Sebaliknya jika memenuhi tuntutan tersebut, kemungkinan besar hal itu berpengaruh dalam pencalonan kembali menjadi presiden. Senada dengan Omar, Kusnanto mengakui bahwa publik AS memang mendesak hal itu.

Mengomentari rencana invansi militer AS ke Afghanistan, Kusnanto memprediksi bahwa Polisi Dunia itu hanya akan menyerang target tertentu atau terbatas. Apalagi, proses identitifikasi mengenai kedudukan teroris global membutuhkan waktu yang lama. Kendati demikian, genderang perang antara AS dan teroris global sudah dibunyikan.

Berlainan dengan Kusnanto, Omar lebih menekankan kepada dampak penyerangan terhadap teroris tersebut. Soalnya, penyerangan itu bisa menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit. "Walaupun korban tragedi runtuhnya menara kembar World Trade Center, New York, menelan sekitar enam ribu jiwa," ujar Omar dengan nada lirih.

Sementara Kusnanto memperingatkan, bahwa penyerangan tersebut tak serta merta menumpas terorisme secara menyeluruh. Soalnya, akan ada lagi kelompok teroris lain yang muncul menggantikannnya. "Persoalan utamanya adalah mengapa mereka menyerang AS, kata Kusnanto. Bahkan, hal itu semakin pelik dengan kemungkinan munculnya penyerangan balik dari mereka terhadap AS. Pandangan tersebut diamini oleh Omar. Menurut Omar, para teroris mungkin tak senang atas kesenjangan dunia yang diyakini sebagai rekayasa AS.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini