Sukses

Stephen Hawking: Surga Hanyalah Dongeng Belaka

Stephen Hawking kembali menggebrak dunia dengan teori yang menyatakan bahwa surga hanyalah dongeng belaka. Sebelumnya ia berteori soal eksistensi Tuhan.

Liputan6.com, London: Setelah sukses menarik perhatian dunia membuat pernyataan kontroversial dengan teori mengenai eksistensi Tuhan, kini Stephen Hawking kembali menggebrak dunia dengan teori yang menyatakan surga hanyalah dongeng belaka.
 
"Aku menganggap otak sebagai komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada surga ataupun kehidupan usai kematian untuk komputer yang rusak. Itu hanyalah dongeng bagi mereka yang takut akan kematian," ungkap Hawking dalam wawancara eksklusif yang diterbitkan The Guardian belum lama ini. 
 
Hawking yang didiagnosa menderita gangguan motor neurone pada usia 21, memikirkan teori mengenai kematian dan kehidupan setelahnya seperti yang selama ini diajarkan banyak agama di dunia. Divonis akan berumur pendek tidak membuatnya takut dan lemah. Hal itu justru mendorongnya mengungkap misteri dari kehidupan manusia yang menjadi titik awal dari kelahiran teori-teori kontroversialnya.
 
Dalam wawancara tersebut ia juga menekankan kebutuhan untuk memenuhi potensi kita di bumi dengan memanfaatkan sebaik-baiknya kehidupan kita. Sebagai jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana kita harus hidup, Hawking mengatakan, "Kita harus mencari nilai terbesar dari tindakan kita." Sedangkan untuk pertanyaan dari pembaca yang berbunyi, "mengapa kita di bumi", Hawking menjawab, "Ilmu memprediksi bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Ini hanyalah masalah kesempatan yang menempatkan kita."
 
Teori kontroversial pertamanya berbunyi alam semesta merupakan konsekuensi yang tak terelakkan dari hukum-hukum fisika. Alam semesta ada karena hukum seperti gravitasi. Alam semesta diciptakan secara spontan dari yang tidak ada menjadi ada sehingga keterlibatan Tuhan tidak diperhitungkan di sini. Demikian dijelaskan Hawking dalam bukunya yang berjudul A Brief History of Time.
 
Lewat buku itulah fisikawan berusia 68 tahun itu memperoleh pengakuan global pada 1988. Buku itu menjelaskan tentang asal-usul alam semesta, lubang hitam, kosmologi, dan gravitasi kuantum. "Jika kita menemukan suatu teori yang lengkap, hal itu merupakan kemenangan nalar manusia. Selain itu, kita juga bisa mengetahui pikiran Tuhan," tulis Hawking [baca: Stephen Hawking: Tuhan Tak Ciptakan Alam Semesta].(AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini