Sukses

Penjarahan Marak, Tentara Dipanggil

Pascatergulingnya dan kepergian Presiden Zine El Abidine Ben Ali menjadikan suasana di ibu kota Tunisia, Tunis, dipenuhi para penjarah dan kelompok kekerasan.

Liputan6.com, Tunis: Tentara Tunisia dipanggil pada Jumat (14/1) malam waktu setempat, untuk memulihkan kondisi keamanan yang tak menentu. Pascaterguling dan kepergian Presiden Zine El Abidine Ben Ali menjadikan suasana di ibu kota Tunisia, Tunis, dipenuhi para penjarah dan kelompok kekerasan.

Penduduk di beberapa kawasan Kota Tunis mengungkapkan, kelompok-kelompok itu merampok dengan membakar gedung-gedung dan menyerang masyarakat serta perumahan dan tanpa ada polisi yang terlihat. Tembakan sesekali terdengar di pusat kota Tunis dan juga suara semprotan gas air mata. Sementara, patroli helikopter berada di atas dan asap dengan bau tajam memenuhi udara.

Beberapa saksi mata di Kota Denden, 19 kilometer dari ibu kota, mengatakan para tentara diturunkan menggunakan helikopter untuk mengendalikan kondisi keamanan. Pihak militer juga meluncurkan nomor telepon untuk dihubungi agar masyarakat dapat melaporkan kondisi darurat.

"Benar-benar terjadi kekacauan di sini," kata Wael Bahrini dari Distrik Upper Ettahrir, Tunis. Seorang pemuda yang mengaku bernama Wissem juga mengatakan: "Ini merupakan kekacauan total, keluarga kami ketakutan."

Dalam klimaks dramatis setelah beberapa pekan dipenuhi aksi protes kekerasan atas pemerintahannya, kemarin Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang berkuasa lebih dari 23 tahun dipaksa mundur. Selanjutnya, Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi mengambil alih jabatan sebagai pejabat sementara presiden [baca: PM Tunisia Ambil Alih Kekuasaan].

Setelah puluhan warga melaporkan secara langsung mengenai kondisi kekerasan dan kekacauan dalam siaran televisi langsung, Ghannouchi berbicara lewat telepon dalam siaran televisi itu. Ia berjanji melakukan segala sesuatu untuk memulihkan keteraturan.

"Saya salut mendapat bahwa ada kelompok pemuda bersama-sama mempertahankan lingkungan mereka, namun kami dapat memastikan kepada mereka bahwa kami akan menegakkan keamanan mereka," katanya. "Kami ada untuk melayani warga Tunisia. Negara kita tidak pantas mendapatkan apa yang terjadi saat ini. Kita harus memperoleh kembali kepercayaan warga atas pemerintah," tambah Channouchi.

Ratusan warga kelas pekerja di pinggiran Tunis, berdiri di jalan-jalan memegang batangan besi dan pisau mencoba untuk mengusir penjarah. Wartawan Reuters melaporkan warga dengan pakaian sipil terlihat menembak dari kendaraan tanpa nomor ke kawasan Ettadamen. Tidak jelas siapa yang berada di sana.

"Negara ini penuh ketakutan yang mengerikan, semoga Tuhan membawa kami kepada perdamaian," kata seorang wanita, Lilia Sfazi kepada Reuters. "Kami tidak dapat hidup lebih lama dengan ketakutan seperti ini."(ANS/Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.