Sukses

Korut: Insiden Yeonpyeong Propaganda Korsel

Korea Utara menuduh Seoul menggunakan perisai manusia di pulau yang diserang oleh Korea Utara minggu lalu dan menewaskan dua warga biasa Korea Selatan. Media pemerintah Korea Utara mengatakan Korea Selatan menggunakan kematian itu untuk tujuan propaganda.

Liputan6.com, Seoul: Korea Utara menuduh Seoul menggunakan perisai manusia di pulau yang diserang oleh Korea Utara minggu lalu dan menewaskan dua warga biasa Korea Selatan. Media pemerintah Korea Utara mengatakan Korea Selatan menggunakan kematian itu untuk tujuan propaganda. Upacara pemakaman para korban mereka berlangsung, Sabtu (27/11) siang, di tengah kemarahan yang semakin besar di Korea Selatan.

Kemarahan warga Korsel hari Sabtu di Seoul itu di antaranya diungkapkan oleh sekitar seribu orang veteran militer Korea Selatan. Mereka menggelar protes atas kematian itu, membakar bendera Korea Utara, dan juga potret para pemimpin Pyongyang.

Sementara itu, kantor berita Korut KCNA mengatakan Seoul menggunakan korban sipil untuk kepentingan propaganda, dalam kata-katanya Pyongyang menyebut Seoul 'menciptakan kesan bahwa warga sipil yang tak berdaya menjadi korban penembakan tanpa pandang bulu dari Utara'.

Pyongyang mengatakan negaranya terprovokasi oleh latihan militer Korea Selatan yang digelar dekat dengan pulau Yeonpyeong. Pemerintah Korut mengatakan pihaknya sudah mengirimkan 'pemberitahuan lewat telepon' pada pagi hari sebelum penembakan 'untuk mencegah bentrokan pada saat-saat terakhir' tetapi Korea Selatan melanjutkan provokasinya itu. Utara menyebut latihan militer itu sebagai satu 'provokasi yang tidak bisa dimaafkan'. Media pemerintah menjanjikan 'lautan api' jika wilayah Korea Utara dilanggar.

Di pihak lain, Amerika Serikat mengatakan bahwa latihan bersama yang digelar mulai hari Minggu (28/11) selama empat hari untuk kepentingan pertahanan, tetapi memang dirancang untuk membuat Korea Utara jera melakukan serangan-serangan di masa mendatang. Amerika menyerukan kepada Cina agar menambah tekanan terhadap Pyongyang untuk mencegah insiden makin lebih jauh. Cina mengatakan prioritas utama adalah menjaga agar situasi tetap terkendali. Sebenarnya, Beijing sudah memulai serangkaian pembicaraan untuk mengurangi ketegangan tersebut. Negara tetangga terdekat Korea ini mengatakan bahwa latihan itu justru akan meningkatkan ketegangan. Berkaitan situasi kian memanas itu, pemerintah Cina memperingatkan agar zona ekonomi eksklusifnya yaitu sekitar 320km dari garis pantainya, tidak dilanggar. Seperti ditulis BBC, mengutip kantor berita pemerintah Cina Xinhua, Jumat (26/11) lalu terungkap, Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi bertemu secara langsung dengan duta besar Korea Utara dan berbicara lewat telepon dengan menteri luar negeri Amerika dan Korea Selatan.

Namun Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika, Laksamana Mike Mullen mengatakan dia tidak paham 'kenapa Cina tidak menekan Pyongyang lebih jauh'. Dalam wawancara dengan CNN, Laksamana Mullen mengatakan Beijing tampaknya salah menganggap bisa mengendalikan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Il.

"Saya tidak yakin dia bisa dikontrol," kata Laksamana Mullen.

Korea Utara menambah jumlah pasukannya di Yeonpyeong dan mengatakan akan mengubah aturan untuk memungkinkan tanggapan yang lebih keras ditempuh jika insiden-insiden seperti serangan hari Selasa lalu (23/11) terjadi lagi.

Ketika ketegangan pada pekan ini terjadi, sebenarnya Korea Utara sedang melakukan peralihan kekuasaan dari Kim Jong-Il kepada putra bungsunya Kim Jong-un. (* Berbagai Sumber/Vin)




 









* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini