Sukses

Kerusuhan di Thailand Terus Berlanjut

Pemerintahan menolak untuk berunding, kerusuhan di Thailand terus berlanjut. Korban rakyat sipil atas kekejaman militer pun terus berjatuhan.

Liputan6.com, Bangkok: Kerusuhan di pusat kota Bangkok menyebar ke daerah lain, militer menggunakan tindakan keras yang menewaskan 30 warga sipil tewas dalam empat hari kerusuhan di Thailand. PBB mengusulkan untuk melakukan perundingan, namun Pemerintahan Thailand menolak untuk berunding dengan pengunjuk rasa. 

Kerusuhan kembali terulang pada Senin (17/05) tembakan dan ledakan yang terjadi sebelum fajar menyingsing di luar hotel-hotel mewah yang berbatasan dengan titik rawan, di mana militer berusaha untuk memblokir ribuan demonstran yang berkemah di pusat kota. Para tamu sebuah hotel kelas atas seperti Dusit Thani bergegas menyelamatkan diri ke ruang bawah tanah.

Pemimpin pengunjuk rasa yang menamakan dirinya kaus merah menyatakan bahwa mereka menyetujui untuk berunding dengan PBB apabila pemerintah Thailand menghentikan menghentikan kekerasan dan menarik tentaranya.

Juru bicara Pemerintah Panitan Wattanayagorn memberikan keterangan bahwa perundingan tidak diperlukan karena tentara tidak menggunakan senjata untuk mengambil tindakan keras terhadap warga sipil. Pemerintah hanya mengambil tindakan terhadap para teroris di antara massa Kaus Merah. Pernyataan yang sudah tentu dibantah Kaus Merah dan jauh dari kenyataan karena dari puluhan yang tewas, mereka adalah rakyat miskin pendukung mantan PM Thaksin.

Pihak berwenang menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan tindakan keras yangn ditujukan untuk menghentikan aksi dari massa Kaus Merah, yang menduduki zona demo sekitar tiga kilometer persegi dengan barikade ban dan bambu. Para pengunjuk rasa menuntut agar Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva segera mengundurkan diri, membubarkan Parlemen dan mengadakan pemilu secepatnya.

Konflik politik di Thailand ini terjadi paling lama dan paling berdarah sepanjang sejarah di Asia Tenggara selama satu dekade ini. Padahal selama ini Thailand dianggap sebagai negara yang paling demokratis di Asia Tenggara, meski demokrasi ala Thailand lebih dikuasai segelitir elit politik yang dekat dengan raja dan militer.

Nah kerusuhan ini akibat rakyat menginginan demokrasi yang sebenarnya, dimana suara rakyat terbanyaknya yang berkuasa. Akibat kerusuhan yang terjadi membuat Thailand kehilangan arah dan agak susah untuk mengembalikan kemampuannya dalam menjaga stabilitas negara.(WCBSTV/DES/AYB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.