Liputan6.com, Port-au-Prince: Dua hari pascagempa berkekuatan 7,3 skala Richter di Haiti, warga ibukota Port-au-Prince memblokade sejumlah ruas jalan dengan tumpukan mayat manusia, Kamis (14/1) waktu setempat. Mereka mendesak agar bantuan kemanusiaan bisa lebih cepat tiba. Aksi para pengunjuk rasa ini terjadi saat berbagai bantuan internasional mulai berdatangan ke Ibukota Haiti.
Setelah lebih dari 48 jam pascabencana, para korban gempa yang selamat berjuang mencari air, makanan, serta kerabatnya yang hilang di reruntuhan bangunan. Shaul Schwarz, fotografer majalah TIME mengaku melihat dua blokade yang tersusun dari mayat manusia dan bebatuan.
"Mereka mulai memblokade jalan dengan mayat. Keadaan di sana sudah semakin buruk. Orang-orang mulai putus asa karena tidak mendapat bantuan," ucap Schwarz pada Reuters, Jumat (15/1).
Palang Merah Haiti mengatakan, sekitar 45 hingga 50 ribu orang meninggal dunia dan tiga juta lainnya terluka dan kehilangan rumah akibat gempa yang menghantam Haiti pada Selasa silam. Gempa meratakan sejumlah bangunan di sepanjang perbukitan dan mengubur banyak orang yang beberapa diantaranya diyakini masih hidup.
"Hingga saat ini kami telah memakamkan 7000 orang di kuburan masal," ucap Presiden Haiti, Rene Preval.(MLA)
Setelah lebih dari 48 jam pascabencana, para korban gempa yang selamat berjuang mencari air, makanan, serta kerabatnya yang hilang di reruntuhan bangunan. Shaul Schwarz, fotografer majalah TIME mengaku melihat dua blokade yang tersusun dari mayat manusia dan bebatuan.
"Mereka mulai memblokade jalan dengan mayat. Keadaan di sana sudah semakin buruk. Orang-orang mulai putus asa karena tidak mendapat bantuan," ucap Schwarz pada Reuters, Jumat (15/1).
Palang Merah Haiti mengatakan, sekitar 45 hingga 50 ribu orang meninggal dunia dan tiga juta lainnya terluka dan kehilangan rumah akibat gempa yang menghantam Haiti pada Selasa silam. Gempa meratakan sejumlah bangunan di sepanjang perbukitan dan mengubur banyak orang yang beberapa diantaranya diyakini masih hidup.
"Hingga saat ini kami telah memakamkan 7000 orang di kuburan masal," ucap Presiden Haiti, Rene Preval.(MLA)