Sukses

Negara Maju Diminta Beri Bantuan Lebih Besar

Presiden Yudhoyono meminta negara-negara maju untuk meningkatkan bantuan dananya guna mengatasi perubahan iklim. Dibutuhkan dana sekitar 25-35 miliar dolar Amerika per tahun, selama tiga tahun ke depan untuk membuat suhu bumi tidak meningkat lebih dari dua derajat Celcius.

Liputan6.com, Kopenhagen: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta negara-negara maju untuk memberikan bantuan dana yang lebih besar dalam mengatasai perubahan iklim. Komitmen yang sudah diberikan negara maju untuk mengalokasikan dana sebesar 10 miliar dolar Amerika Serikat per tahun selama tiga tahun ke depan dirasa belum cukup. Dibutuhkan dana sedikitnya 25 sampai 35 miliar dolar AS per tahun selama kurun waktu tiga tahun ke depan, untuk membuat suhu bumi tidak meningkat lebih dari dua derajat Celsius.

Permintaan itu dikemukakan Presiden Yudhoyono saat berpidato pada forum Conference Of the Parties (COP) ke-15, KTT Perubahan Iklim atau UN Climate Change bertempat di Bella Centre, Kopenhagen Denmark, Kamis (17/12) siang waktu setempat atau sore waktu Indonesia, seperti dilaporkan wartawan SCTV, Don Bosco Selamun.

Presiden Yudhono menginginkan negara-negara maju dan berkembang untuk bekerja sama. "Ini bukan saatnya untuk konfrontasi, tapi saatnya untuk mengambil langkah konkret guna mengatasi perubahan iklim dan mengendalikan pemasanasan global," demikian pernyataan Presiden Yudhoyono.

Indonesia sejauh ini dianggap sudah bekerja keras untuk merehabilitasi hutan tropisnya, sebagai bagian dari tanggung jawabnya untuk ikut aktif mengatasai perubahan iklim. Indonesia yang mempunyai banyak hutan tropis, memiliki kontribusi besar untuk mengendalikan pemanasan global. Namun untuk itu, Indonesia juga memerlukan kerja sama global. Selama ini, Indonesia sudah bekerja sama dengan beberapa negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Korea Selatan.

Dalam KTT Perubahan Iklim ini, Indonesia mempunyai beberapa sikap dasar: pertama, KTT Kopenhagen harus menghasilkan agreement yang mengikat. Kedua, Indonesia meminta negara maju untuk memberi kontribusi yang jauh lebih besar. Ketiga, negara maju diminta memberi bantuan keahlian kepada negara berkembang agar bisa membangun tanpa merusak lingkungan. Dan keempat, negara berkembang harus memberi kontribusi secara optimal sesuai kemampuannya.

Sebelumnya, Presiden Yudhoyono sempat mengkhawatirkan KTT di Kopenhagen ini akan gagal. Karena itu selama di Kopenhagen, Presiden Yudhoyono melakukan beberapa pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin. Di antaranya dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon, Perdana Menteri Swedia, Perdana Menteri Denmark, dan akan
dilanjutkan dengan pertemuan bilateral lainnya.

Sebelum tiba di Kopenhagen, Presiden Yudhoyono juga sudah menemui Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Durao Barrosso, Presiden Perancis Nicholas Zarkozy, dan Kanselir Jerman Angela Markel di Berlin. Salah satu tujuan pertemuan itu adalah agar KTT di Kopenhagen membawa hasil konkret dalam bentuk agreement yang mengikat, dan negara-negara maju mau memberikan kontribusi yang lebih besar dalam bentuk dana untuk mengatasi perubahan perubahan iklim.

KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen ini akan berlangsung Kamis dan Jumat. Rencananya, pertemuan ini bakal dihadiri oleh 110 kepala negara dan kepala pemerintahan.(MLA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini