Sukses

Taliban Akui Serang Universitas Islam Pakistan

Taliban telah mengaku bertanggung jawab atas dua serangan bom bunuh diri di Universitas Islam Internasional di Islamabad, Pakistan. Mereka pun bersumpah akan terus menyerang selama tentara Pakistan masih menggempur Taliban di Waziristan Selatan.

Liputan6.com, Islamabad: Taliban telah mengaku bertanggung jawab atas dua serangan bom bunuh diri di salah satu universitas Islam terbesar di dunia. Demikian diwartakan ABC News, Rabu (21/10). Serangan yang terjadi di Universitas Islam Internasional di Islamabad, Pakistan, ini menewaskan enam termasuk empat mahasiswa dan 22 orang lainnya [baca: Bom Bunuh Diri, Enam Tewas].

Komandan Taliban, Qari Hussein mengatakan seluruh Pakistan kini merupakan zona perang. Dia pun telah bersumpah untuk menyerang lagi selama tentara Pakistan masih melanjutkan serangan ke kubu Taliban di Waziristan Selatan, Pakistan.

Seorang mahasiswa di kampus tersebut, Faheem Beyg mengatakan banyak rekannya yang mengaku tak mengerti mengapa teroris memilih tempat belajar tentang Islam ini sebagai target. "Mereka membunuh saudara-saudara mereka. Kami adalah saudara-saudara mereka, kami adalah anak-anak mereka dan mereka membunuh kami. Kami berada di sini untuk belajar. Menurut saya mereka sangat tidak manusiawi, yang mereka lakukan tidak dapat dipercaya. Apa sih yang mereka lakukan? "

Serangan teroris ini adalah yang pertama sejak peluncuran besar serangan militer Pakistan terhadap Taliban di wilayah suku Waziristan Selatan pada akhir pekan. Pasukan keamanan telah siaga penuh dan banyak sekolah dan perguruan tinggi di Islamabad telah ditutup selama dua hari. Pasalnya, informasi intelijen tertentu mengatakan sekolah-sekolah tersebut kemungkinan akan menjadi target penyerangan.

Kendati demikian, seorang mahasiswa bernama Shokut Ahmed mengatakan dia tidak takut dan akan terus belajar. "Kami tidak takut kepada mereka. Kami akan melawan mereka dengan cara belajar, dengan ilmu pengetahuan."

Pertempuran antara Taliban dan pemerintah Pakistan semakin intensif. Pemerintah Pakistan mengakui bahwa pasukannya bergerak lambat di daerah kasar Waziristan Selatan. Operasi tersebut bisa bisa memakan waktu hingga delapan pekan. Sementara itu, tekanan dan bahaya semakin meningkat.

Ayah seorang mahasiswa korban ledakan yang terluka, Waris Syekh berharap militer segera menghentikan serangan di Waziristan Selatan. "Tentunya harus dihentikan atau kita akan dibunuh untuk Amerika dan negara-negara NATO lainnya," ujar Syekh. "Ini bukanlah himbauan untuk orang-orang untuk melakukan serangan ini. Ini adalah himbauan kepada pemerintah." (AYB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.