Sukses

Dari "Rendra" untuk Korban Gempa

KBRI Brussels bekerja sama dengan Rita Heselmans dan Gerda Nusa Indah dan PPI-Leuven, Belgia menyelenggarakan "Malam Mengenang Rendra dan Mengingat Sumatra Barat" di Kota Leuven, Belgia.

Liputan6.com, Jakarta: Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Brussels bekerja sama dengan Rita Heselmans dan Gerda Nusa Indah dan PPI-Leuven, Belgia menyelenggarakan "Malam Mengenang Rendra dan Mengingat Sumatra Barat" di Kota Leuven, Belgia, Ahad (4/10) malam waktu setempat. Duta Besar RI untuk Belgia, Luksemburg, dan Uni Eropa, Nadjib Riphat Kesoema bersama istri didampingi Minister Counsellor Pensosbud/Diplik (Penerangan Sosial Budaya/Diplomasi Publik) KBRI Brussels P.L.E. Priatna, membuka acara tribute untuk Rendra dengan pembacaan puisi mendiang Rendra.

Seperti dilansir ANTARA, aktor kawakan Didi Petet membaca Blues untuk Bonnie, diiringi grup musik Hijau dengan Lungsuran Daur meramaikan pembacaan puisi Rendra yang sarat dengan persoalan kemasyarakatan. Kehadiran Didi Pete memang membuat suasana semakin hidup. Pembacaan puisi Rendra di tengah simpati kepada korban gempa Sumatra Barat ini dihadiri masyarakat Indonesia, pelajar, simpatisan, dan kawan-kawan Rendra di Eropa.

Sebelum acara dimulai, Duta Besar RI untuk Brussels, Nadjib Riphat Kesoema mengajak hadirin peserta untuk menundukkan kepala, mengheningkan cipta dan mendoakan kepada korban gempa agar arwah saudara kita diterima disisi Allah SWT. Acara mengenang Rendra sekaligus mengingat korban gempa Sumatra Barat mendapat respons cukup luas dari berbagai kalangan untuk segera bersama mengumpulkan bantuan meringankan beban saudara kita yang tertimpa bencana.

Acara yang berdurasi hampir dua jam ini, diisi serangkaian pembacaan puisi maestro penyair Indonesia yang meninggal Agustus silam. Termasuk, testimoni dari kawan dan saksi sejarah pemikiran dan perjuangan penyair tersohor tersebut. Pada malam itu, Nurita Syah, membacakan puisi Sajak Doa Orang Lapar, yang terasa menggetarkan dan menyentuh.

Komtemplasi kedalaman syair dan puisi Rendra, tidak hanya karya cipta budaya, tapi juga inspirasi dan pergulatan intelektual yang visioner, yang telah menjadi kekayaan dan aset bangsa kita, ujar Dubes Nadjib Riphat Kesoema. "Saya sebagai saksi sejarah selalu bergetar mendengar puisi Mas Willy, yang bagi aktivis kampus di tahun 1978 menjadi inspirasi dan pendorong perjuangan mahasiswa. Puisi Sebatang Lisong, yang dibaca di hadapan ribuan mahasiswa Bandung tahun 1978 adalah sebuah contoh yang tidak mungkin terlupakan, ujar Dubes.

Rendra dengan kelincahan dan kedalaman kata menjadi kekuatan intelektual yang sarat dengan pergulatan persoalan masyarakat. Pemikirannya yang tertuang dalam puisinya sangat relevan untuk terus kita kenang, di tengah kita mendapatkan banyak cobaan dan bencana. Kebersamaan dan nilai kemanusiaan adalah keutamaan bagi sebuah jadi diri, demikian Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Brussel, P.L.E. Priatna.

W.S. Rendra, penyair yang dijuluki "Si Burung Merak" meninggal di RS Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, 6 Agustus silam. Hingga kini, para sahabat dan kerabat Rendra kerap membacakan puisi-puisinya untuk mengenang sang maestro [baca: Sahabat-Sahabat Rendra Gelar Pembacaan Puisi].(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini