Sukses

Obama: Permukiman Israel Di Tepi Barat Ilegal

Presiden Obama menilai pembangunan permukiman Israel di kawasan pendudukan Tepi Barat tidak sah. Hal tersebut diungkapkan dalam pidato pertamanya di Sidang Umum PBB.

Liputan6.com, New York: Amerika Serikat menilai pembangunan permukiman Israel di kawasan pendudukan Tepi Barat tidak sah. Hal tersebut diungkapkan Presiden Barack Hussein Obama dalam pidato pertamanya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu (23/9) waktu setempat.

"Kami terus menekankan bahwa Amerika tidak menerima legitimasi dilanjutkannya permukiman Israel (di Tepi Barat)," kata Obama. seperti dikutip ANTARA. Pemimpin AS itu memberikan keterangan sehari setelah mengadakan pembicaraan yang tak berkesimpulan di New York, AS, dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan pemimpin Palestina Mahmud Abbas.

Ketua juru runding Palestina, Saeb Erakat pun menyambut baik komentar Obama tersebut. "Kami terdorong dan menghargai setinggi-tingginya pernyataan Presiden Obama tentang permukiman yang ilegal dan menyerukan mengakhiri pendudukan yang mulai dilakukan sejak 1967," tegas Erakat kepada AFP.

Sedangkan PM Netanyahu tidak bereaksi atas komentar Obama tentang permukiman. "Saya menghargai pidato penting Obama ini dan seruannya untuk memperbarui proses perdamaian tanpa syarat," kata PM Israel itu. "Persesuaian pandangan antara Israel dan AS merupakan hasil dari banyak kontak yang kami lakukan, dan tentu saja ekspresi kemauan baik oleh kedua pihak," tambahnya.

Pemerintahan Obama telah menuntut pembekuan sepenuhnya permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur. Kedua kawasan ini akan diubah menjadi negara masa depan oleh pihak Palestina. Tetapi Israel sejauh ini menolak keras.

Sebelumnya, Selasa kemarin, Abbas juga membuat pernyataan jelas bahwa Israel harus menghentikan konstruksi permukiman. "Kami nyatakan perlunya Israel menghormati komitmennya, terutama penghentian pembangunan permukiman dalam semua bentuk, termasuk pertumbuhan alami," kata Abbas kepada wartawan Palestina.

Sementara itu, Obama mengatakan kepada para pemimpin Israel dan Palestina agar menghentikan kebuntuan dan membuka pembicaraan tentang persetujuan komprehensif guna mengakhiri "siklus tiada akhir" konflik dan penderitaan [baca: Abbas dan Netanyahu Kembali Bahas Perdamaian].

Isu-isu yang masih mengganjal keduanya mencakup nasib permukiman Yahudi di Tepi Barat, perbatasan negara Palestina, status Jerusalem dan hak kembali pengungsi Palestina.(LUC)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini