Sukses

Sepuluh Tahun Pascareferendum, Timor Leste Belum Makmur

Sepuluh tahun setelah referendum Timor Timur, Presiden Timor Leste Ramos Horta mengaku gagal memberi kemakmuran pada rakyatnya.

Liputan6.com, Dili: Ahad (30/8), Timor Leste merayakan sepuluh tahun referendum demi lepasnya negara itu dari Indonesia. Pada masa itu, militan yang menginginkan integrasi dengan Indonesia mengamuk hingga mengakibatkan ratusan orang tewas. Meski tak mengindahkan kecaman dari pihak mana pun, Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, tetap mengakui bahwa pemerintahan yang dia kuasai memang gagal memberikan kemakmuran pada rakyatnya.

Lembaga HAM internasional, Amnesty International juga berpendapat sama. Menurut Amnesty, Timor Leste, Indonesia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengecewakan rakyat Timor Leste. Pasalnya, hanya sedikit yang telah dilakukan masing-masing pihak dalam usaha menghukum pelaku kejahatan yang terjadi sepuluh tahun silam.

Amnesty menghubungi Dewan Keamanan PBB untuk mengatur pengadilan kriminal internasional yang seharusnya memiliki kuasa untuk menghukum para pelaku kejahatan tersebut. Kendati demikian, Ramos Horta, Presiden Timor Leste yang memenangkan pemilihan umum pada 2007 gagal melaporkannya.

Menurut Horta, dia sangat sadar akan arti dari penderitaan. Kendati demikian, dia mengaku tak butuh ceramah dari para ahli hak asasi manusia yang duduk di lantai 38 Gedung PBB di New York, Amerika Serikat. Horta mengatakan pada BBC bahwa yang terpenting adalah kini Timor Leste telah merdeka.

"Jika kami harus menuntut Indonesia, kenapa tidak sekalian menuntut Pemerintah AS yang telah 24 tahun menyediakan persenjataan untuk Indonesia," ujar Horta.

Timor Leste termasuk salah satu negara termiskin di Asia. Padahal, negara ini memiliki sumber kekayaan alam minyak dan gas alam yang sangat besar. Kendati demikian, mayoritas penduduknya hanya memiliki penghasilan kurang dari satu dolar per hari.

Horta memang mengaku gagal. Tapi kegagalan itu bukan hanya karena dia, tapi juga komunitas internasional. Pasalnya, dalam sepuluh tahun setelah referendum dan delapan tahun setelah penegasan kemerdekaan, kemiskinan masih menghantui. Padahal, komunitas internasional mengklaim telah menghabiskan miliaran dolar untuk Timor Leste. "Mungkin mereka telah menghabiskan uang itu untuk dirinya sendiri, bukan untuk negara Timor Leste," kata Horta.(LUC)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.