Sukses

Pemilu Presiden Afghanistan Dimulai

Jutaan rakyat Afghanistan Kamis (20/8) waktu setempat akan memilih presiden untuk kedua kalinya pascainvasi Amerika Serikat 2001. Pemilu digelar dalam bayang-bayang teror kelompok militan.

OlehLiputan6Diperbarui 24 Jan 2017, 04:12 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2009, 10:37 WIB
Liputan6.com, Afghanistan: Jutaan rakyat Afghanistan Kamis (20/8) waktu setempat akan memilih presiden untuk kedua kalinya pascainvasi Amerika Serikat 2001.

Kelompok militan terus melancarkan berbagai serangan untuk menggagalkan pemilihan umum (pemilu). Setidaknya lima anggota persiapan pemilu tewas pada Rabu (19/8) akibat serangan kelompok militan. Akibatnya banyak warga yang takut untuk mengikuti pemilu.

Agar warga Afghanistan tidak semakin takut, pemerintah melarang media lokal maupun internasional untuk tidak melaporkan insiden kekerasan selama pemilu,  mulai pukul 6 pagi hingga 8 malam waktu setempat. Namun, imbauan itu justru disesalan pemerintah Amerika Serikat, karena dianggap membelenggu kebebasan pers.

BBC memberitakan sekitar 300 ribu tentara Afghanistan dibantu Pasukan Keamanan Internasional (Isaf) di bawah pimpinan NATO telah dipersiapkan untuk melindungi 17 juta pemilih.

Menteri Dalam Negeri mengatakan sepertiga dari Afghanistan sangat rawan diserang. Karena itu, Tempat Pemungutan Suara (TPS) di delapan distrik yang berada di bawah kontrol Taliban ditiadakan. 
 
Pemilu baru saja akan digelar, namun telah ada laporan kecurangan berupa jual-beli suara. Korupsi, suap, sikap apatais, serta teror Taliban dikhawatirkan menyebabkan banyak warga yang tidak memilih.

Sejauh ini hasil jajak pendapat menunjukkan Presiden Hamid Karzai sebagai pemenang.
Karzai unggul dengan 45 persen suara, sementara pesaingnya mantan Menteri Luar Negeri, Abdullah Abdullah hanya meraih 25 persen suara.
 
Hasil pemilu akan diumumkan Sabtu malam. Jika tidak ada kandidat yang mampu meraih lebih dari 50 persen suara, pemilu akan digelar dua putaran. Putaran kedua akan digelar pada Oktober mendatang.(DIO)