Sukses

Pemimpin Uighur Tuding Beijing Atas Kerusuhan

Pemimpin Uighur di pengasingan, Rebiya kadeer menyalahkan kebijakan Cina atas kerusuhan yang terjadi di Xinjiang.

Liputan6.com, London: Pemimpin Uighur di pengasingan, Rebiya Kadeer, menyalahkan kebijakan Cina atas kerusuhan yang terjadi di Xinjiang. Rebiya memperkirakan korban jiwa akibat kerusuhan tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan 156 orang yang dinyatakan Beijing. Hal itu disampaikan Rebiya dalam wawancara dengan radio BBC, Rabu (8/7).

Lebih lanjut, Rebiya yang juga Presiden Kongres Uighur Dunia membantah tuduhan resmi Cina bahwa dirinya yang bersalah karena menghasut kerusuhan. "Orang yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah Wang Leguan, Kepala Partai Komunis Xinjiang, dan juga kebijakan pemerintah," tegas Rebiya.

"Dalam delapan tahun belakangan, orang Uighur dicap sebagai separatis, teroris dan ekstremis. Ini akibat propaganda pemerintah Cina. Kini rakyat Cina mulai percaya bahwa orang Uighur adalah musuh dan mereka mulai membenci orang Uighur," kata Rebiya.

Rebiya adalah wanita pengusaha dengan 11 anak. Ia telah hidup di pengasingan di Amerika Serikat sejak 2005, setelah bertahun-tahun mendekam di penjara dengan tuduhan melakukan kegiatan separatis [baca: Cina Tuduh Separatis Dalangi Kerusuhan Xinjiang].

Rebiya juga pernah menjadi pengusaha minoritas yang berhasil. Ia diangkat menjadi anggota badan konsultasi dengan parlemen Cina sebelum berbenturan dengan Beijing. Dijelaskannya, protes di Urumqi, Xinjiang, dimulai secara damai sebagai reaksi atas kematian dua orang Uighur yang menjadi pekerja pabrik bulan lalu di Cina selatan.

"Apa pun yang terjadi di Tibet, pemerintah Cina serta-merta menuding Dalai Lima, sang Pendeta Agung, sebagai sumber dan penghasut masalah di sana. Sekarang, hal ini juga terjadi pada diri saya," ucap Rebiya Kadeer.

"Mereka mengatakan suku mayoritas adalah Han, tapi ini sangat mengundang pertanyaan. Menurut keterangan yang kami peroleh, mayat orang Uighur tergeletak di jalan di luar Xinjiang University dan di luar bazar besar. Sebenarnya lebih banyak orang Uighur dibunuh dibandingkan dengan orang Cina," katanya.(ANTARA/LUC)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.