Sukses

Huaisheng, Masjid Tertua di Cina

Masjid Huasheng adalah masjid pertama yang didirikan di Guangzhou dan sekaligus tertua di Cina. Bangunan masjid kuno ini menunjukkan hasil akulturasi kebudayaan Tiongkok dan Arab.

Liputan6.com, Guangzhou: Sebuah masjid memang tak harus memiliki arsitektur berciri Arab, tempat agama Islam berasal. Tengok saja Masjid Huaisheng yang menjadi kebanggaan warga Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, selatan Cina. Bangunan masjid ini bergaya arsitektur peninggalan Dinasti Tang. Bahkan, hingga saat ini, masjid tertua di Daratan Tiongkok itu masih tegak berdiri dan menjadi tempat ibadah bagi kaum Muslim di Guangzhou.

Masjid Huaisheng berada di tengah kepadatan permukiman, tepatnya di Jalan Guangta Nomor 56. Sedangkan arti Huaisheng menurut bahasa setempat adalah mengenang orang suci. Sebagian penduduk setempat juga menjuluki tempat ibadah ini sebagai Masjid Menara. Di masjid itulah, hingga kini, kaum Muslim yang berjumlah sekitar 12 ribu orang di Provinsi Guangdong melaksanakan ibadah. Tempat peribadatan ini juga menjadi pusat bagi Asosiasi Islam Guangzhou menggelar berbagai kegiatan keagamaan.

Bangunan tersebut sekaligus saksi bisu sejarah penyebaran Islam di Guangzhou yang telah dimulai sejak 1.300 tahun lampau. Atau bersamaan dengan masa kekuasaan Dinasti Tang, sekitar tahun 618 hingga 907 Masehi. Kala itu, Shabi Sad bin Abi Waggas yang konon diutus langsung Nabi Muhammad SAW tiba di Daratan Cina untuk menyebarkan agama Islam.

Abi Waggas diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk sekitar dan pemerintah setempat. Masjid Huaisheng yang merupakan masjid pertama di Negeri Persilatan ini pun didirikan oleh Abi Waggas tanpa mendapatkan tentangan.

Masjid Huaisheng yang menempati tanah seluas 2.966 meter persegi itu adalah suatu bangunan bergaya Tiongkok sekaligus Arab. Ini menunjukkan adanya akulturasi kebudayaan Tiongkok dan Arab. Lihat saja, seluruh penataan halaman dan sebagian bangunan masjid itu bergaya tradisional Tiongkok. Keistimewaan lainnya, masjid ini memiliki suatu menara putih menjulang ke langit setinggi 36,3 meter bagaikan pena besar yang putih.

Pena sejarah mencatat, pada zaman Dinasti Tang, menara putih tersebut pernah dijadikan sebagai pemandu kapal yang berlayar di sekitar pantai utara Sungai Mutiara. Apalagi, saat itu, Guangzhou menjadi pelabuhan pertama Jalan Sutra--jalur perdagangan Benua Asia dan Eropa. Pelabuhan Guangzhou juga menjadi persinggahan pertama para saudagar Arab. Tak heran, bila Abi Waggas kemudian mendirikan masjid di Guangzhou bagi saudagar-saudagar Arab dan Persia.(ANS/Tri Ambarwatie dan Nanang Supriani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini