Sukses

Batik, Khazanah Budaya Nusantara

Indonesia sangat kaya akan batik. Beragam corak dan jenis batik bisa ditemukan dari bagian barat hingga timur Pulau Jawa.

Liputan6.com, Jakarta: Indonesia sangat kaya akan batik. Beragam corak dan jenis batik bisa ditemukan dari bagian barat hingga timur Pulau Jawa. Secara garis besar, batik Jawa bisa dikelompokkan menjadi batik Keraton Jawa dan batik pantai utara Jawa. Ada dua macam batik Keraton Jawa, yaitu batik Yogyakarta dan batik Solo.

Warna batik tradisional adalah biru-hitam, merah-cokelat atau soga, serta putih. Warna biru-hitam melambangkan keabadian, warna putih melambangkan hidup atau sinar kehidupan dan warna merah-soga memberikan arti kebahagiaan.

Di Yogyakarta khususnya, warna batik tradisional adalah biru-hitam, serta soga cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu tegeran warna kuning. Karakter motif batik Yogya adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Semua bentuk motif memiliki makna.

Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya baik untuk batik cap maupun batik tulis. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dulu. Polanya yang terkenal adalah Sidomukti dan Sidoluruh. Batik Solo memiliki warna dominan cokelat soga kekuningan. Motifnya lebih luwes, variatif dan berwarna-warni. Walau berbeda dalam pewarnaannya, kedua batik ini sama-sama menggunakan ukel dan semen-semen.

Konon, karakter yang berbeda antara batik Yogya dan Solo ini berkaitan dengan sikap politik yang berbeda dari Keraton Yogya dan Solo. Keraton Yogya anti-kolonial, sementara keraton Solo pro-kolonial. Hubungan dekat Keraton Solo dengan bangsa Belanda mempengaruhi corak batik mereka menjadi lebih bebas dan luwes, tidak kaku. Sementara Keraton Yogya, yang tegas melawan Belanda, corak batiknya pun tegas.

Penggunaan kain batik ini pun berbeda-beda. Di Keraton Yogya, terdapat pakem mengenai penggunaan kain batik ini. Untuk acara perkawinan, kain batik yang digunakan haruslah bermotif Sidomukti, Sidoluhur, Sidoasih, Taruntum, ataupun Grompol. Sedangkan untuk acara "mitoni" (memperingati tujuh bulanan), kain batik yang boleh dikenakan adalah kain batik bermotif Picis Ceplok Garudo, Parang Mangkoro, atau Gringsing Mangkoro.

Beberapa contoh motif batik klasik Yogyakarta antara lain motif parang, geometri, banji, tumbuhan menjalar, tumbuhan air, bunga, dan satwa.

Batik pantai utara Jawa memiliki karakter yang sangat berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta. Masyarakat pantai utara seperti di Cirebon, Pekalongan, Lasem, Semarang, Tuban, dan Kudus adalah masyarakat kota pelabuhan yang banyak berinteraksi dengan bangsa asing.

Batik yang dibuat di wilayah ini banyak dipengaruhi oleh kain sari yang dibawa oleh para pedagang dari India. Para wanita Belanda yang mengikuti suami mereka bertugas juga memberikan pengaruh pada motif batik sesuai selera mereka, yaitu dengan motif bunga. Demikian juga dengan para wanita keturunan Cina.

Batik pantai utara memiliki warna-warna cerah dan banyak mengeksplorasi motif bunga. Yang unik, batik Cirebon, Jawa Barat, dan Semarang, Jawa Tengah, sering menampilkan gambar manusia, binatang, kapal, rumah, dan bentuk-bentuk lain yang mirip karikatur. Ciri khas batik Cirebon sebagian besar bermotifkan gambar lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan motif laut dipengaruhi oleh pemikiran bangsa Cina akibat Kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Ada pula batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Solo dan Yogyakarta.

Perjumpaan masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lalu juga telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik di sini. Beberapa jenis motif batik pengaruh berbagai negara itu kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu adalah batik Jlamprang diilhami India dan Arab, batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina, batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

Warna cerah dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat lebih dinamis lantaran permainan motif yang lebih bebas. Media kainnya pun bermacam-macam. Tidak hanya katun dan kaos, sutera juga menjadi andalan batik Pekalongan saat bersaing di luar negeri. Motif Jlamprang, Sekarjagat, atau motif khas lainnya, menjadi berkelas ketika dituangkan dalam bahan baku sutera.

Lasem, Jawa Tengah, juga dikenal sebagai kota yang memproduksi batik. Salah satu produk unggulan yang dimilikinya ialah batik tulis. Karena diproduksi di Lasem maka kemudian populer dengan sebutan Batik Lasem. Batik Lasem berbeda dengan batik Solo atau Yogyakarta. Gaya dan corak sangat kental dengan nuansa pesisiran yang hampir mirip dengan gaya batik Pekalongan.

Proses awal batik Lasem dibawa oleh saudagar Cina yang menetap di Lasem. Beberapa motif yang dikenal antara lain motif Ceplok Latoh, Watu Pecah, Ceplok Piring, Sekar Jagat, Terang Bulan, Naga Kricak, Sekar Jagat Es The, dan Kawung Lerek Sekar Paksi.

Motif batik yang tak mau ketinggalan dan kini sedang naik daun, adalah Batik Madura. Batik Madura memiliki ragam warna dan motif yang tidak kalah dengan produksi daerah lain. Maklum, batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok. Pewarnaan kain Madura yang menggunakan bahan alami dari tumbuh-tumbuhan, seperti kayu jambal, kulit buah jelawe, akar mengkudu, yang membuat kain ini semakin menarik untuk dilihat. Kain-kain itu dibuat melalui proses pembatikan dengan tangan dalam rentang waktu antara delapan bulan hingga satu tahun.

Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura. Biasanya, motif fauna seperti ikan dan hewan laut lainnya, banyak ditemukan di kawasan Bangkalan, Madura. Sedangkan motif flora, banyak dijumpai di wilayah Pamekasan dan Sumenep. (ROM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.