Sukses

Keluarga Korban Pembunuhan Meradang

Puluhan keluarga Zakaria yang dibunuh mengamuk di kantor Polres Mamasa, Sulawesi Barat, lantaran dihalangi masuk ke markas Polres. Keluarga korban memprotes kepolisian yang dinilai tidak cermat dan tidak maksimal dalam menyidik kasus pembunuhan yang diduga melibatkan banyak pihak.

Liputan6.com, Jakarta: Puluhan keluarga Zakaria yang dibunuh mengamuk di kantor Polres Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (20/5), lantaran dihalangi masuk ke markas Polres. Keluarga korban memprotes kepolisian yang dinilai tidak cermat dan tidak maksimal dalam menyidik kasus pembunuhan yang diduga melibatkan banyak pihak.

Kericuhan terjadi saat pengujuk rasa berusaha menerobos masuk ke markas Polres namun dihadang barikade polisi. Kemarahan para keluarga korban menjadi-jadi saat aparat kepolisian yang berseragam mendorong salah satu pengujuk rasa agar tidak masuk ke dalam kantor polisi. Situasi agak mereda saat polisi membiarkan massa sampai ke depan ruang pelayanan.

Dialog akhirnya digelar. Dalam dialog ini para keluarga korban menuntut agar kasus pembunuhan Zakaria yang diduga menjad korban pembunhan berencana diusut tuntas. Kasus ini sendiri diduga melibatkan sejumlah preman bayaran.

Pihak kepolisian berjanji akan memeriksa sejumlah saksi-saksi lama dan sejumlah saksi-saksi baru, terkait bukti- bukti baru yang mereka terima dari keluarga Zakaria. Tidak menutup kemungkinan polisi akan kembali menetapkan tersangka baru.

Dalam kasus ini, polisi hanya menetapkan Franky, warga Makassar, Sulawesi Selatan, sebagai tersangka tunggal dan dikenakan pasal penganiayaan sampai mati dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun.

Kasus pembunuhan ini kembali mencuat dan menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat Mamasa. Pasalnya, kasus tersebut diduga direncanakan. Dugaan ini muncul setelah ditemukan sejumlah bukti baru dan keterangan supir korban bernama Yusuf. Dari keterangan Yusuf, sehari sebelumnya korban cekcok dengan mertua yang datang menagih utang namun korban tidak membayarnya dengan alasan uang senilai Rp 30 juta belum bisa dicairkan.

Dari hasil visum, korban mengalami sejumlah pukulan benda keras di sekujur tubuh. Diduga kuat, korban dihabisi beramai-ramai di kafe remang-remang oleh sejumlah preman bayaran.(YUS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini