Liputan6.com, Jakarta: Perihal rencana teroris menyerang Istana Merdeka, Jakarta, pada 17 Agustus mendatang adalah memang benar adanya. Hal itu disampaikan pengamat terorisme Al Chaidar saat dihubungi Liputan 6Â SCTV. "Ya benar, mereka memang sudah sejak 2008 mencoba menerapkan strategi baru snipering atau membidik sasaran. Dengan demikian, mereka bisa tebang pilih dan sasaran hasilnya lebih maksimal dibanding peledakan bom," kata Al Chaidar via telepon, Jumat (14/5).
Tak hanya itu, Al Chaidar juga menambahkan, komplotan teroris berusaha menggunakan modus baru dalam beraksi yakni membajak atau menyandera sekolah-sekolah internasional, hotel, perusahaan dan gedung milik asing. Lebih jauh tentang pendanaan, Al Chaidar menjelaskan, mereka mendapat aliran dana dari jamaahnya. "Kalau mendapatkan bahan peledak itu sulit, namun untuk mendapat dana itu mudah. Itu dari jamaahnya yang berjumlah 35 ribu orang dari berbagai kalangan bisnis hingga profesional. Mereka sama saja berjihad dengan dana karena diibaratkan membangun rumah di surga. Kalau masih kesulitan dana, ya bisa dengan merampok," ungkap Al Chaidar.
Sementara itu, soal pemilihan metode sniper dibanding bom, karena dinilai lebih akurat dan hasilnya maksimal. "Karena kalau pakai sniper bisa lebih akurat dan tebang pilih. Kalau pakai bom, kalangan muslim sendiri bisa kena dan mereka sampai membaca doa penyesalan," kata Al Chaidar.
Terakhir, Al Chaidar berpendapat kalau memberantas teroris di Indonesia sangat sulit. Sebab selain dibantu dana dari jamaahnya, mereka juga rela mati syahid. "Jadi kalau polisi menembak mati mereka, itu bagi kaum teroris adalah mati syahid. Namun, kalau tertangkap, jadi kesialan besar buat mereka," ujar Al Chaidar.(BJK/YUS)
Â
Tak hanya itu, Al Chaidar juga menambahkan, komplotan teroris berusaha menggunakan modus baru dalam beraksi yakni membajak atau menyandera sekolah-sekolah internasional, hotel, perusahaan dan gedung milik asing. Lebih jauh tentang pendanaan, Al Chaidar menjelaskan, mereka mendapat aliran dana dari jamaahnya. "Kalau mendapatkan bahan peledak itu sulit, namun untuk mendapat dana itu mudah. Itu dari jamaahnya yang berjumlah 35 ribu orang dari berbagai kalangan bisnis hingga profesional. Mereka sama saja berjihad dengan dana karena diibaratkan membangun rumah di surga. Kalau masih kesulitan dana, ya bisa dengan merampok," ungkap Al Chaidar.
Sementara itu, soal pemilihan metode sniper dibanding bom, karena dinilai lebih akurat dan hasilnya maksimal. "Karena kalau pakai sniper bisa lebih akurat dan tebang pilih. Kalau pakai bom, kalangan muslim sendiri bisa kena dan mereka sampai membaca doa penyesalan," kata Al Chaidar.
Terakhir, Al Chaidar berpendapat kalau memberantas teroris di Indonesia sangat sulit. Sebab selain dibantu dana dari jamaahnya, mereka juga rela mati syahid. "Jadi kalau polisi menembak mati mereka, itu bagi kaum teroris adalah mati syahid. Namun, kalau tertangkap, jadi kesialan besar buat mereka," ujar Al Chaidar.(BJK/YUS)
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.