Sukses

Sepak Terjang Kakak Beradik dari Kalimati

Sejak Rabu malam silam, adik kandung Anggoro Widjojo tersangka kasus korupsi di Departemen Kehutanan, itu memang bebas melenggang. Padahal, dialah aktor utama yang diduga berperan dalam merekayasa kasus untuk menjerat dua pimpinan KPK.

Liputan6.com, Jakarta: Banyak kalangan hingga kini mempertanyakan belum ditahannya Anggodo Widjojo. Padahal, adik tersangka kasus korupsi di Departemen Kehutanan, Anggoro Widjojo itu diduga berperan besar dalam rekayasa untuk menjerat dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Siapa sebenarnya Anggodo Widjoyo? [baca: Anggodo Bebas!].

Anggodo Widjojo beserta Anggoro Widjojo--kini masih buron, adalah arek Suroboyo asli. Kakak beradik ini berkarier dan menjadi pengusaha sukses di Kota Pahlawan itu. Di kalangan pengusaha Surabaya, nama Anggodo dan Anggoro Widjojo memang tidak terlalu dikenal. Tapi, bila disebutkan nama asli Tionghoa-nya, yakni Ang Tju Nek (Anggodo) dan Ang Tju Hong (Anggoro), hampir semua pengusaha senior mengenal mereka. Bahkan, mereka mengetahui dengan citra tertentu kepada adik kakak itu.

Di mata para pengusaha papan atas Surabaya, Ang Tju Nek dan Ang Tju Hong adalah pengusaha yang banyak berkecimpung di bisnis ilegal. Bahkan, seorang pengusaha yang cukup dekat dengan keduanya sejak kecil, mengatakan, mereka dikenal bengal sejak kecil dan remaja. "Mereka sukanya berkelahi, terutama yang gemuk itu (Anggodo--Red.)," ujar seorang pengusaha senior, seperti dikutip Jawa Pos.

Jika di kalangan teman remajanya Anggodo dikenal sebagai anak muda yang suka main pukul, penampilan Anggoro kebalikannya. Pria yang terakhir menjadi bos PT Masaro Radiokom, perusahaan rekanan departemen dalam proyek sistem komunikasi terpadu serta Motorola, perusahaan teknologi informasi terkemuka Amerika itu, dikenal sebagai pemuda yang cerdas dan tangkas. "Anggoro lebih kalem. Tapi, dari gerak matanya dia sebetulnya cerdas dan tangkas dalam bisnis," imbuh sumber yang seorang pengusaha itu.

Boleh dibilang, bakat bisnis Anggodo dan Anggoro menurun dari ayah mereka, Ang Gai Hwa. Sebagai perantau dari Tionghoa, Gai Hwa di kalangan pengusaha-pengusaha perintis industri di Surabaya dikenal supel dan suka bergaul. Gai Hwa bekerja sebagai penjual dinamo di kawasan Kalimati (sekarang Kompleks Kembang Jepun, Red.), Surabaya. "Orangnya suka cerita, karena itu dia banyak teman dan relasi," jelasnya.

Selain meneruskan bisnis sang ayah, Anggodo dan Anggoro terus mengembangkan bisnis keluarga. Sayang, karena sifat bawaan keduanya, lahan bisnis baru yang dipilih sering menyerempet hal yang melanggar hukum. "Karena itu, mereka mulai dijauhi kolega-kolega. Padahal, kami menyayangkannya. Bagaimanapun, mereka saudara sekampung halaman di Tionghoa," ujar sumber itu.

Satu di antara bisnis yang sempat mendatangkan penghasilan melimpah bagi Anggoro dan Anggodo adalah menjadi agen Sumbangan Dana Sosial Berhadiah alias SDSB--judi yang dilegalkan pemerintah pada akhir era 80-an. "Apalagi mereka dekat dengan Roby Ketek (nama asli Rudy Sumampow, pengusaha terkaya Surabaya era 80-an)," ungkapnya. Kongsi bos SDSB yang dekat dengan banyak pejabat pusat di Jakarta itu, Anggodo dan Anggoro mendapat keuntungan melimpah hingga mampu membeli kompleks perkantoran dan hiburan Studio East di kawasan Simpang Dukuh, Surabaya.

Pada awal 90-an, bisnis dua bersaudara itu memasuki masa suram. Sejak itulah, kakak beradik ini tak terdengar kiprahnya di jagat bisnis Surabaya. Kabar keduanya baru muncul 10 tahun kemudian, saat mereka mendirikan PT Masaro Radiokom dan lebih mengejutkan lagi mereka sukses menjadi agen pemasaran Motorola, perusahaan telekomunikasi papan atas asal Amerika Serikat. Sejak itu mereka kembali sering muncul di pergaulan pengusaha Surabaya, meski sebatas gathering dan entertainment.

Namun, kelompok pengusaha senior Surabaya kembali kecewa saat mengetahui bahwa perilaku Anggodo dan Anggoro tidak berubah. "Ternyata, saat sukses lagi, muncul sombongnya," ujarnya. Bahkan, di kalangan penikmat dunia malam di Jakarta dan Surabaya, Anggoro dikenal sebagai pengusaha yang suka berfoya-foya.

Nah, perilaku foya-foya itu kembali membuat kolega pengusaha mulai menjauhi keduanya. "Para sesepuh pengusaha di sini prihatin, kenapa punya uang dihambur-hamburkan, kenapa tidak disumbang ke kampung halaman (di Negeri Tiongkok--Red.)," ujarnya. Karena itu, saat Anggodo dan Anggoro kini tersandung masalah hukum di Ibu Kota, banyak pengusaha yang memilih berpaling muka.

Adapun Anggodo sebenarnya adalah pengusaha kayu jati. Namun, Anggodo bukan pengusaha kayu jati biasa. "Dia rajanya jati. Kalau tak lewat dia, kayu jati sulit bisa keluar dari Perhutani," kata seorang bekas pengusaha kayu yang cukup ternama kepada Jawa Pos. Menurut dia, kayu Jawa adalah spesialisasi Anggodo. "Terutama kayu jati yang diolah untuk flooring (lantai)," ucapnya. Di bisnis itu Anggodo boleh dibilang "memonopoli", terutama di Jawa. "Kalau tak lewat dia (Anggodo), selalu saja ada masalah dengan Perhutani," tambahnya.

Besar lewat bisnis kayu jati, Anggodo lantas melebarkan sayap. Dia mulai bersentuhan dan menjalin kedekatan dengan aparat hukum. Setapak demi setapak, dia membangun "karier" sebagai makelar kasus kelas kakap di Surabaya. "Boleh dibilang, saat saya masih ingusan, Anggodo sudah menjadi raja di Surabaya. Sepanjang 1990-an, nama Anggodo bisa menjadi jaminan kasus selesai," tutur seorang perwira polisi yang mengaku cukup dekat dengannya.

Perwira tersebut mengatakan, kelebihan Anggodo adalah sifatnya yang royal, gampang berkomunikasi, dan bisa di-sambati. "Sering, meski hanya kongkow-kongkow, Anggodo memberikan uang tanpa ada pretensi apa pun," tuturnya. Selain itu, perhatian Anggodo kepada seseorang pun sampai ke keluarga. Misalnya, Anggodo tak jarang membantu pengobatan anak seorang temannya yang sakit. Tapi, pada gilirannya, ketika Anggodo sedang "butuh", teman-temannya tadi pun segan untuk tak membantunya.

Maka bukan pemandangan yang aneh, di setiap acara kongkow Anggodo di Surabaya, selalu terlihat aparat penegak hukum. Entah itu pejabat polisi, kejaksaan, dan sebagainya. Luasnya jaringan (yang siap membantunya) itulah yang membuat Anggodo menjadi makelar kasus yang paling andal di Surabaya. Kabarnya, saat menjadi Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya, Susno Duadji pun cukup dekat dengannya sewaktu di Surabaya.

Seiring dengan perkembangan waktu, teman-teman yang telah "dibina" Anggodo sejak masih menjadi perwira menengah atau bahkan pertama, pun telah menapak karier yang lebih tinggi. Itu pulalah yang membuat Anggodo menapaki status lebih tinggi. Konsekuensinya, sejak 2002, Anggodo lebih sering di Jakarta. Wilayah "permainan"-nya pun kini di Jakarta, bukan hanya lokal Surabaya. "Ke Surabaya bila ada kasus-kasus yang penting saja, atau ada kasus-kasus khusus," tambah perwira tersebut.

Di Ibu Kota, sumber-sumber di kepolisian mengatakan kelas Anggodo untuk "membereskan sebuah kasus di bawah tangan" sudah selevel dengan Artalyta Suryani, pengurus kasus Sjamsul Nursalim yang dibekuk KPK, beberapa waktu lalu. "Sangat kakap dan punya akses langsung ke pejabat-pejabat penentu keputusan," tuturnya.

Malah menurut sumber tersebut, Anggodo dulu pernah dimintai tolong Antasari Azhar untuk mengurus kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang melibatkan dirinya. Namun, karena bukti-bukti sudah kuat, dan "terlalu berbahaya untuk dimainkan", Anggodo tak sanggup. Akhirnya kasus tersebut jalan terus. Lantaran itulah, Antasari kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membidik Anggoro. "Di mana kemudian, Anggoro dan Anggodo `menyerang balik` ke KPK," tuturnya. Meski kebenarannya harus dibuktikan terlebih dulu, yang jelas, runtutan kronologinya cukup masuk akal.

Selain itu, Anggodo dikenal sangat flamboyan. Dia gampang luluh terhadap wanita. Ong Yuliana adalah salah satu contohnya. Anggodo dan Ong Yuliana dikenal dekat sejak 2006. Itu ketika pria bernama Tionghoa Ang Tju Nek itu membantu kasus Ong Yuliana yang baru saja menjadi kontroversi di Surabaya karena dibantarkan oleh Polres Surabaya Selatan dalam kasus narkoba.

Terlebih, selain cantik, Ong Yuliana mempunyai kemampuan pijat totok yang cukup mumpuni untuk menyembuhkan penyakit saraf. Menurut penuturan salah seorang teman Yuliana, Anggodo pernah mengalami sedikit gangguan saraf yang membuat cara berjalannya sedikit agak menyeret. Nah, di tangan Yuliana kaki Anggodo bisa berjalan normal kembali. Inilah yang membuat Anggodo semakin lengket dengan wanita yang berkali-kali terjerat kasus narkoba ini. Kedekatannya dengan Anggodo membuat Ong Yuliana juga tertular "kesaktian". Dia sempat menjadi kontroversi karena dibantarkan, baik di kepolisian maupun di kejaksaan.

Pada 2007, Ong Yuliana ditangkap Satuan Narkoba Polwiltabes Surabaya. Namun, ketika ditangkap, Ong Yuliana tak mendapat keringanan. Beberapa sumber mengatakan, polisi "kapok bermain" dengan Ong Yuliana. Buktinya, Ong tetap ditahan. Namun, Kepala Unit Idik II Satnarkoba Polwiltabes Surabaya Ajun Komisaris Polisi Effendi mengatakan, penahanan yang dia lakukan waktu itu sudah prosedural. "Kami tak pernah mau bermain-main dengan kasus narkoba," tutur perwira yang kini menjabat Kanit Idik I Satnarkoba Polwiltabes Surabaya tersebut.

Hanya saja, dia membenarkan ketika menahan Ong Yuliana, Anggodo kerap menjenguknya. "Tapi, saya tak pernah menanyainya. Dia (Anggodo) mengaku sebagai temannya. Karena tak ada urusan dengan dia, saya tak pernah komunikasi," tutur Effendi. Tapi, Effendi mengelak ketika ditanya apakah Anggodo pernah mencoba "mengaturnya"? "Tidak, tidak pernah. Buktinya, Yuliana tetap kami tahan," ucap Effendi.

Adapun Surabaya Post menulis, nama Anggodo dan Anggoro memang tidak begitu asing di telinga perwira-perwira kepolisian yang berdinas di Polwiltabes Surabaya. Dikatakan salah satu perwira kepolisian yang berdinas di Polwiltabes Surabaya, Anggoro pernah datang ke Satuan Reserse Kriminal. Namun ia mengaku tidak tahu dan tidak mengerti kedatangan Anggoro.

Selain pernah bertemu di Satreskrim, Anggoro juga sering sekali mengajak rekan-rekannya dugem (dunia gemerlap). Dikatakannya, ia dulu pernah diajak di sebuah diskotek terkenal di Surabaya dan mentraktir segalanya. "Saya dulu tidak tahu siapa orang ini, kok ngajak orang-orang ke hiburan malam dan semua dibayarinya. Saya kan cuman diajak saja. Eh, tahunya saya ya baru-baru ini kalau dulu yang ngajak itu Anggoro," ungkapnya. "Itu pun nggak cuman sekali, seringlah pokoknya. Yang jelas dia itu suka foya-foya," tambah dia.

Anggodo juga pernah dipanggil DPRD Surabaya. Menurut Musyafak Rouf, mantan Ketua DPRD Surabaya periode 2004-2009, Anggodo pemilik Restoran Valencia di Kertajaya. Pada tahun 2005, restoran itu ramai dikunjungi pelanggan. Saking ramainya parkir mobil membludak ke jalan raya.

Kondisi itu menimbulkan banyak keluhan warga. Akhirnya dilaporkan ke DPRD. "Dewan sempat mengundang Anggodo untuk hearing (dengar pendapat). Hasilnya, Anggodo diminta menertibkan parkir kendaraan pengunjung restorannya," cerita Musyafak di kantornya, Rabu pagi silam, kepada Surabaya Post.

Sementara menurut salah satu bankir di Surabaya, Anggodo cukup terkenal di kalangan pengusaha keturunan Tionghoa. Sebab, pria itu dinilai cukup lihai membantu berbagai sengketa hukum para pengusaha. "Dia sih pengusaha abu-abu, maksudnya tidak jelas industrinya apa, tapi yang jelas dia memang makelar kasus," ujar bankir itu yang enggan disebut jati dirinya.

Tidak hanya di Surabaya, Anggodo juga memiliki jaringan hingga Jakarta dan luar Jawa. Meski demikian, menurut bankir tersebut, Anggodo sebenarnya hanya pembantu Anggoro. "Anggoro itu secara personel baik, juga sering ikut kegiatan sosial. Dia kan yang sebenarnya punya duit," jelasnya.

Terkait apakah Anggoro Widjojo mantan bos PT Masaro Radiokom pernah mencari kredit ke tempatnya. Ia mengakui, memang pernah, tapi pihaknya tidak menyetujui karena risikonya terlalu besar. "Saya sekadar kenal dan tahu dia salah seorang pengusaha Surabaya. Tapi karena katanya agak nakal, kami tidak berani risikonya bisa macet," jelasnya. Ia juga mendengar kalau Anggoro juga memiliki anak perusahaan di Gresik. "Cuma tak tahu bergerak di bidang apa," katanya.

Merujuk paparan rekaman di Mahkamah Konstitusi, Selasa silam, dia mengaku tidak terlalu terkejut. Soalnya, bukan rahasia lagi kalau Anggodo memang kerap membantu jika ada kasus terkait hukum. "Tapi saya terkejut dengan banyaknya nama yang muncul, bisa menghancurkan kredibilitas penegakan hukum di Indonesia itu," katanya.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini