Sukses

Al-Chaidar: "Pengantin" Bukan Dihipnotis

Menurut Al-Chaidar yang senantiasa mengaku sebagai partisan Jamaah Islamiyah, setiap calon pengebom bunuh diri biasanya mengikuti semacam pengajian. Dari pengajian dengan sistem usrah itulah, mereka kemudian dipengaruhi.

Liputan6.com, Jakarta: Dugaan para "pengantin" atau calon pelaku bom bunuh diri dihipnotis atau "dicuci otak" dibantah pengamat terorisme Al-Chaidar. Menurut Al-Chaidar yang senantiasa mengaku sebagai partisan Jamaah Islamiyah, setiap calon pengebom biasanya mengikuti semacam pengajian. Dari pengajian dengan sistem usrah atau kekeluargaan itulah, mereka kemudian dipengaruhi.

Pun tak ada tekanan terhadap para "pengantin". "Mereka hanya harus memberitahukan utang-utangnya," ucap Al-Chaidar dalam diskusi yang diselenggarakan Klub Buku SCTV di Studio SCTV, Jakarta, Rabu (19/8) siang. Dengan menyebutkan jumlah utangnya, menurut penulis buku Negara Islam Indonesia, pengakuan sang calon pengebom ini untuk membebaskan diri menuju mati syahid. Dengan demikian, Al-Chaidar kembali menekankan, para calon bomber bukan berbuat di luar kesadarannya.

Pendapat Al-Chaidar jelas bertolak belakang dengan penilaian sejumlah psikolog maupun pakar. Psikolog Tika Bisono, umpamanya, meragukan jika si remaja mampu bertindak nekat secara sadar. Menurut dia, besar kemungkinan dalang pengeboman menghipnotis sang pelaku yang disebut pengantin, agar mau menjalankan misi bom bunuh diri [baca: Psikolog: "Pengantin" Mungkin Dihipnotis].

Senada dengan Tika Bisono, pakar pikiran bawah sadar Mardigu W.P. mengatakan ada ciri yang mudah dikenali sebelum anak terjerumus. "Para pelaku bom bunuh diri biasanya hilang dari rumah antara satu hingga tiga tahun," kata Mardigu. Setelah diasramakan, remaja yang sudah dicuci otak akan menjadi silent army (pasukan cadangan) yang bisa dipanggil setiap saat [baca: Diduga, Teroris "Cuci Otak" Sederet Anak Muda].

Namun, Al-Chaidar lagi-lagi menampik pendapat sejumlah pengamat tentang kemungkinan para calon "pengantin" diasramakan. Menurut dia, para calon pelaku bom bunuh diri itu tidak diasramakan, apalagi hingga tiga tahun. Hanya saja, imbuh penulis buku Serial Musuh-Musuh Darul Islam, perekrut semacam Noordin M. Top senantiasa mengiming-iming bahwa para mujahid yang gugur atau mati syahid akan menemui banyak bidadari di surga.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini