Sukses

Perjalanan Hitam Seorang Noordin

Bersama Doktor Azahari, Noordin M. Top menebar teror di Tanah Air. Setelah tujuh tahun diburu polisi, pagi tadi Noordin diduga tewas di Temanggung, Jawa Tengah, dalam penyergapan yang berlangsung sejak kemarin petang.

Liputan6.com, Jakarta: Noordin Muhammad Top adalah satu dari sederet tokoh kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang diduga menjadi dalang sejumlah aksi pengeboman di Indonesia. Mulai dari Bom Marriott pada 2003, Bom Bali II, Bom Kedutaan Australia, hingga Bom Marriott II pada bulan lalu.

Noordin lahir di Malaysia, 41 tahun silam. Dia sempat belajar dan mengajar di sekolah agama Lukmanul Hakim yang didirikan ulama asal Indonesia, Abdullah Sungkar, 17 tahun lampau. Di sinilah dia mengenal Doktor Azahari. Dari sekolah ini pula muncul nama Hambali, Mukhlas, Amrozi, Ali Imron, Zulkarnaen, Fathurrahman Al-Ghozi, Dulmatin, dan Imam Samudera. Mereka semua adalah dalang sejumlah teror bom di Tanah Air.

Ketika pemerintah Malaysia memburu pentolan JI, Noordin lari ke Indonesia melalui Riau. Bersama Doktor Azahari dan jaringan Lukmanul Hakim, Noordin melebarkan jaringan di Tanah Air. Jika Azahari mahir merakit bom, Noordin dikenal piawai merekrut calon "pengantin", sebutan untuk para pelaku bom bunuh diri.

Belakangan, Noordin melepaskan diri dari bayang-bayang JI dan membentuk kelompok baru yang merujuk pada Al-Qaeda pimpinan Usamah bin Laden, Tandzim Qaidatul Jihad. Noordin menamakan kelompok binaannya sebagai Thoifah Muqatilah atau pasukan tempur.

Dia dan Doktor Azahari menjadi dua orang paling diburu karena aksi teror yang gencar dilakukan. Setelah perburuan panjang, akhirnya Doktor Azahari tewas dalam pengepungan Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia di Malang, Jawa Timur, empat tahun silam.

Setahun kemudian, Noordin pun nyaris masuk dalam genggaman polisi. Saat itu, terjadi penyergapan besar-besaran di Wonosobo, Jawa Tengah. Kendati Noordin lolos, namun kaki tangannya yang bernama Abdul Hadi dan Jabir tewas.

Meski Doktor Azhari tewas dan Noordin terus diburu, teror tak kunjung henti. Bahkan dia sempat membuat jaringan baru, seperti kelompok Cilacap, Jateng. Di sini pula Noordin bahkan menikahi wanita bernama Arina dan memiliki dua anak.

Pascaledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Jakarta, polisi semakin intensif memburu Noordin. Bahkan Arina dan ibunya sempat ditangkap, demikian pula sejumlah anggota jaringan lainnya.

Sabtu (8/8) pagi tadi, Noordin disebut-sebut sebagai lelaki yang tewas di sebuah rumah yang disergap polisi sejak Jumat petang kemarin. Jika benar pria itu adalah Noordin, penghargaan patut diberikan pada Polri dan semua yang terlibat dalam perburuan jaringan teroris. Namun pertanyaannya, apakah dengan tewasnya Noordin, aksi terorisme akan lenyap dari bumi Indonesia?(IRN/YUS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini