Kerja Sama untuk Kebaikan Bersama

Liputan6.com, Jakarta: Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan PM  Cina Weng Jiabao  diwarnai dengan sejumlah penandatanganan kesepakatan. Bukan itu saja,  PM Weng Jiabao juga melakukan sejumlah diplomasi budayua dengan mendorong siswa di Indonesia untuk  belajar bahasa Mandarin.  Keberhasilan Cina dalam membangun ekonominya tidak terlepas dari moderniasi ekonomi yang dimulai sejak ahir tahun 70-an.  Sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia, maka Cina memerlukan hasil  produk yang berorientasi pada pasar dunia. Mereka memasarkan seluruh produk mereka di seluruh dunia dengna menekan agar mata uang mereka tetap stabil.

Produk Cina dapat dilihat dengan kasat mata malai dari Australia hingga Eropa Barat termasuk di Indonesia.  Dengan harga yang murah dan berkualitas baik barang-barang made in China bisa dilihat mulai dari Mall besar hingga pasar tradisional dan kaki lima. Tapi di mata pemerhati ekonomi Cina, Poltak Hotradero masuknya impor Made In China ini tak sepenuhnya merugikan. "Orang banyak mengkhawatirkan produk-produk Cina yang membanjiri pasaran Indonesia tapi sebenarnya dari total impor hanya 10 %  hanya karena harganya murah, terlihat ada dimana-mana , selain itu 80 hingga 80 % impor itu justru seperti mesin dll yang positif bagi perekonomian Indonesia," ujar Poltak.

Di mata Sudrajat, Duta Besar Indonesia untuk Cina tahun 2006-2009, peluang investasi Cina ke Indonesia cukup besar. "Cina naik terus ekonominya, taraf hidupnya mulai tinggi sehingga industri  dipantai timur susah dibayar murah seperti 10 tahun lalu .  Bisa saja karena hal ini perusahaan-perusahaan Cina akan merelokasi industrinya ke luar," ujar Sudrajat.

Cina kini telah menjelma menjadi aktor politik internasional ke dua terkuat di dunia setelah Amerika Serikat, maka kedatangan PM Weng Jiabao ini harusnya  membawa hubungan global antara Indonesia dan Cina ke arah yang lebih baik.

 Klik selengkapnya perbincangan dengan  mereka di sini. (RKA)