Sukses

Mustafa Minta BUMN Belajar dari Cina

Negara Cina dinilai berhasil melakukan transformasi di sektor strategis. Hal ini membuat Menteri BUMN Mustafa Abubakar meminta perusahaan milik negara belajar dari keberhasilan Cina menjadi pemain skala global.

Liputan6.com, Jakarta: Negara Cina dinilai berhasil melakukan transformasi di sektor strategis. Hal ini membuat Menteri BUMN Mustafa Abubakar meminta perusahaan milik negara belajar dari keberhasilan Cina menjadi pemain skala global.

"Cina memiliki pengalaman yang mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia dalam pengelolaan perusahaan negara. Namun mereka (BUMN Cina) berhasil melakukan transformasi terutama di sektor strategis seperti energi dan perbankan," kata Mustafa, disela dialog bertajuk "Sharing The Chinese Experience in Making State Enterprises Profitable," di Jakarta, Kamis (2/12).

Dialog yang menghadirkan pakar ekonomi China dari Columbia University (AS), Prof Xiao Geng, diikuti sejumlah direksi dan komisaris BUMN.

Menurut Mustafa, pengalaman perusahaan China menembus pasar internasional dapat dijadikan sebagai ukuran untuk meningkatkan daya saing produk-produk yang dihasilkan BUMN di Indonesia.

Sesungguhnya, diutarakan Mustafa, BUMN di Indonesia sudah lebih berkembang tercermin dari kontribusi yang diberikan kepada negara.

Sejumlah indikator keberhasilan BUMN meliputi, pendapatan yang mencapai Rp 989 triliun pada 2009 dan laba bersih sebesar Rp 88 triliun, dengan tingkat pertumbuhan tiap tahun rata-rata untuk total aset dan pendapatan mencapai 13 persen, dan untuk laba bersih 19 persen per tahun.
   
Keberhasilan lainnya, BUMN Perbankan mampu mengumpulkan dana pihak ke tiga hingga 40 persen dari total dana pihak ke tiga nasional. Pada industri semen, mampu menguasai 44,6 persen pangsa pasar, sektor telekomunikasi menguasai 47 persen pangsa pasar.

"Ini menunjukkan bahwa BUMN memiliki daya saing yang cukup tinggi untuk berkompetisi secara fair dengan para pelaku ekonomi lainnya," tegas Mustafa.

Sedangkan dari sisi kotribusi terhadap negara (APBN), 141 BUMN pada 2009 menyetor hingga Rp120 triliun, terdiri atas Rp91,6 triliun dari pembayaran pajak dan Rp28,6 triliun dalam bentuk dividen. "Angka ini merupakan 12 persen dari anggaran penerimaan negara," kata Mustafa.

Besaran kontribusi BUMN juga terlihat dari proporsi belanja modal dan belanja operasional, yang pada 2009 mencapai Rp107 triliun dan meningkat menjadi Rp 190,8 triliun pada 2010.

"Peran signifikan BUMN juga terlihat dari porsi 17 BUMN Publik di pasar modal yang mampu menguasai hingga 30 persen kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia," ujar Mustafa.

Sementara itu, Prof Xiao Geng mengungkapkan pemerintah Cina secara bertahap mereformasi berbagai perusahaan negara sejak 1978. Strategi yang mengembangkan perusahaan Cina ditempuh dengan, mempertahankan BUMN berskala besar, dan melepas perusahaan yang kecil dan merugi.

"Berbagai BUMN yang berskala kecil diprivatisasi atau dibangkrutkan demi mengurangi beban pemerintah, sementara yang besar disehatkan dengan subsidi atau di-merger agar menjadi perusahaan yang kuat dan menguasai ekonomi," kata Xiao.

Dalam risetnya, ia membagi tranformasi BUMN China dalam tiga tahap, pertama mempertahankan yang besar dan melepas yang kecil; kedua, mengendurkan ikatan antara negara dan para pegawai BUMN, dan ketiga mengubah komposisi kepemilikan saham pemerintah dengan privatisasi.

Hasil dari transformasi tersebut, tercatat pada 2005 terdapat 3.999 BUMN dengan total aset 6,09 triliun yuan atau setara dengan 58 persen total aset BUMN China, dengan keuntungan sekitar 268 miliar yuan.(Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.