Sukses

Produksi Turun, Buruh Pabrik Rokok Dikurangi

Akibat kebijakan cukai rokok, banyak buruh pabrik yang kini kehilangan pekerjaannya. Di satu sisi rokok merugikan kesehatan dan ekonomi masyarakat, tetapi di sisi lain ada ribuan orang yang menggantungkan hidupnya pada industri ini.

Liputan6.com, Malang: Meskipun para buruh Pabrik rokok Jati Mesem hanya bekerja tiga hari dalam seminggu, namun mereka tetap semangat bekerja, Ahad (18/4). Kondisi ini terjadi sejak perusahaan terkena imbas peraturan menteri keuangan yang menaikkan harga pita cukai hingga 65 persen.

Dari 800 buruh yang sebelumnya bekerja di tempat ini, kini hanya tersisa 18 orang. Itupun, mereka bekerja jika perusahaan  menerima order pembelian. Persoalan rokok ini memang menjadi dilema. Hasil studi lembaga demografi Fakultas Ekonomi  Universitas Indonesia, menunjukkan ekonomi tembakau justru menciptakan rantai kemiskinan bagi kaum miskin.

Pengeluaran untuk rokok di keluarga miskin telah menggeser dana untuk gizi dan pendidikan. Padahal rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Rokok mengandung empat ribu zat kimia yang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit. World Health Organization atau WHO menegaskan, setiap enam detik satu orang meninggal karena merokok. Namun disisi lain, ada ribuan buruk pabrik rokok, petani tembakau dan sektor lain yang bergantung pada industri ini.

Disini perlu kebijakan pemerintah, para buruh yang kehilangan pekerjaannya bisa bekerja di sektor lain. Sementara petani tembakau bisa menanam tanaman yang lebih menguntungkan.(IDS/AYB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.