Sukses

Rampeng, Si Pemanjat Pohon Kelapa

Demi menyambung hidup, seorang penyandang tuna netra di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, harus bekerja keras sebagai tukang panjat pohon kelapa.

Liputan6.com, Bone: Hidup adalah pilihan. namun bertahan pada pilihan untuk tetap hidup tidaklah mudah. Pepatah bijak terjadi pada Rampeng, penyandang tuna netra yang berprofesi sebagai pemanjat pohon kelapa di Dusun Dualoronge, Desa Panyili, Kecamatan Duaboccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Pria berusia 50 tahun itu mengalami kebutaan sejak kecil. Ia pun harus tegar menghadapi hidup yang keras. Meski mata Rampeng tak bisa melihat terangnya dunia, ternyata hal itu tidak mengubur semangat untuk hidup. Ayah dua anak dan kakek dua cucu itu terus bekerja tanpa lelah demi menghidupi keluarga.

Setiap hari, Rampeng harus beranjak dari rumahnya menuju kebun kelapa milik warga setempat. Satu per satu pohon kelapa ia panjat. Ketinggian yang mencapai puluhan meter dan terpaan angin kencang tak membuat Rampeng patah semangat. Meski harus menyabung nyawa, hal itu membuat Rampeng senantiasa berlapang dada.

Dari satu pohon kelapa, Rampeng mendapatkan upah tiga ribu hingga empat ribu rupiah. Dalam sehari, Rampeng bisa "menaklukkan" 30 hingga 40 pohon, tergantung jumlah pesanan dari para pemilik kebun kelapa.

"Hanya empat ribu per pohon. Biasa saya dapat 40 pohon dalam sehari. Itu juga kalau banyak pesanan," kata Rampeng.

Dari uang hasil jerih payahnya, Rampeng bisa menutupi kebutuhan ekonomi keluarga, sekaligus membesarkan anak-anaknya. Kedua putrinya yang sudah tumbuh dewasa dan berkeluarga juga "dihidupi" jerih payahnya memanjat pohon kelapa.

Keteguhan Rampeng membuatnya tersohor ke kampung-kampung lain. Banyak warga dari kampung tetangga yang tertarik memakai jasa Rampeng.(CHR/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini