Sukses

Beruang Jarah Makanan di Rumah Warga

Beruang madu dalam setahun rata-rata dua kali menjarah pondok-pondok di tengah ladang milik warga Desa Renah Kayu Embun (RKE), kata peneliti Kent University Inggris, Wei-Ming Wong.

Liputan6.com, Sungaipenuh: Beruang madu dalam setahun rata-rata dua kali menjarah pondok-pondok di tengah ladang milik warga Desa Renah Kayu Embun (RKE), kata peneliti Kent University Inggris, Wei-Ming Wong.

Wong yang melakukan riset terhadap satwa beruang di rimba Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), seperti ditulis Antara, menyebut bahwa Desa RKE merupakan salah satu titik yang disinyalir sebagai tempat penyebaran populasi beruang.

Wong melalui peneliti lapangan, Dody Syaputra, di Sungaipenuh Jambi, Senin (20/12), menilai intensitas gangguan beruang sudah jauh menurun yaitu kini rata-rata hanya terjadi dua kali dalam setahun.

Menurut Wong, sebagai salah satu basis teritorial populasi beruang madu, Desa RKE memang wajar disatroni oleh satwa dari kelompok herbivora tersebut. Kehidupan masyarakat di desa tersebut umumnya petani yang bercocok tanam berbagai tanaman yang merupakan pakan satwa beruang.

"Keberadaan beruang cukup membuat ciut nyali warga yang bertemu hewan tersebut, padahal beruang madu tidak termasuk hewan buas seperti harimau. Hewan ini termasuk pemakan buah atau herbivora," ujarnya.

Pakan utama beruang ini buah nangka, mangga, jagung, tebu, rebung, dan madu. Para petani di Desa RKE umumnya menanam jenis tanaman tersebut.

Sering terjadi, beruang menyatroni pondok warga yang ditinggalkan penghuninya ke ladang, di situ beruang masuk dengan merusak dinding bambu lalu mengambil barang-barang logistik milik warga seperti minyak sayur, beras, ikan asin, kentang, dan lain sebagainya, kata Wong.

Di TNKS, selain di Desa RKE, daerah sebaran populasi beruang khas Asia Tenggara tersebut juga terdapat di empat titik lainnya, yakni di Sipurak Hook Kabupaten Merangin, Pingger di Kabupaten Bungo, serta gunung Seblat dan Sungai Ipuh Ilau di Bengkulu.

Dari tiga titik yang sudah diriset, yakni RKE, Pingger dan Sipurak Hook, lokasi yang paling tinggi intensitas pertemuan dengan beruang di Sipurak Hook dan Pingger. Rata-rata di kedua daerah tersebut terbilang paling sering terjadi konflik antara beruang dengan manusia.

"Di kedua daerah tersebut seminggu sekali dipastikan ada konflik atau minimal pertemuan warga dengan beruang, terutama di ladang milik warga," katanya.

"Saat ini beruang madu sudah termasuk satwa langka. Keberadaan populasinya terus menurun dari tahun ke tahun akibat berbagai faktor, seperti habitat yang tergerus keberadaan manusia, termasuk faktor perburuan karena di kelompok masyarakat tertentu memiliki mitos yang meyakini beruang memiliki khasiat tertentu dalam kehidupan dan kesehatan," tambah Wong.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini