Sukses

Demo Tolak Kenaikan Tarif Listrik Ricuh

Selain menolak kenaikan TDL, mereka juga juga meminta mendapat pelayanan listrik dari PLN. Selama ini mereka terpaksa sewa dengan pengelola mesin generator dengan harga Rp 200 ribu per bulan.

Liputan6.com, Batam: Unjuk rasa warga penghuni rumah liar di Batam, Kepulauan Riau, berlangsung ricuh. Upaya mereka menolak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) berbuah bentrokan dengan petugas kepolisian yang berjaga-jaga di depan Kantor Badan Pengusahaan Kawasan Batam, Senin (17/5).

Unjuk rasa ratusan warga--kebanyakan ibu-ibu, mulanya berjalan tertib. Mereka hanya berorasi dan sesekali menampilkan teatrikal sambil membawa keranda jenazah, sebagai simbol matinya hak asasi manusia. Namun, usai meletakkan keranda jenazah di tangga Gedung BP Kawasan Batam, warga berusaha masuk ke dalam. Mereka hendak berdialog dengan Ketua BP Kawasan Batam Mustofa Wijaya soal rencana kenaikan TDL.

Belum sampai di dalam gedung, langkah warga sudah terlebih dahulu dihadang petugas kepolisian dari Poltabes Barelang. Mereka dilarang masuk. Akibatnya, saling dorong dan pukul antara warga dan polisi tak dapat dihindari. Bahkan, Ketua LSM Gebrak Uba Siringi-ringi yang mendampingi pengunjuk rasa sempat ditarik keluar pagar Kantor BP Kawasan Batam. Setelah bentrokan terjadi, baru pihak BP Kawasan Batam menerima pengunjuk rasa berdialog secara tertutup.

Di saat perwakilan warga berdialog, sejumlah warga tetap menggelar unjuk rasa di depan gedung. Selain menolak kenaikan TDL, mereka juga juga meminta mendapat pelayanan listrik dari PLN dan air dari Aditya Tirta Batam (ATB). Pasalnya, selama ini mereka terpaksa sewa dengan pengelola mesin generator dengan harga Rp 200 ribu per bulan. Itu pun dengan pemakaian yang hanya 12 jam dalam sehari.

Warga penghuni rumah liar ini juga berharap ATB dapat mengalirkan air ke rumah mereka. Sebab, selama ini mereka membeli air dengan Rp 10 ribu per drum untuk satu hari. Jadi dalam sebulan, warga harus mengeluarkan uang Rp 300 ribu hanya untuk membeli air. "Air juga kami bayar. Kalau yang jauh dari jalan bayar sepuluh ribu per hari," kata Dian, warga penghuni rumah liar. Warga mengancam akan mengerahkan massa yang lebih besar apabila tuntutan mereka tak dipenuhi BP Kawasan Batam.(ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini