Sukses

Kondisi Bayi Berkepala Dua Kritis

Keadaan bayi berkepala dua yang dirawat di ruang Perimatologi RSUD Pekanbaru sangat bergantung kepada alat bantu pernapasan khusus. Jika tidak menggunakan alat bantu, tubuh bayi langsung membiru.

Liputan6.com, Pekanbaru: Kondisi bayi berkepala dua asal Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, kritis dan sangat bergantung kepada alat bantu pernapasan khusus. "Kondisi bayi sangat buruk," kata dokter spesialis anak, dokter Nazardi Oyong, dalam jumpa pers yang dihadiri enam anggota tim dokter spesialis dari Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/7).

Bayi laki-laki ini adalah anak dari pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23), warga Desa Belanta Raya, Kecamatan Gaung. Bayi yang belum sempat diberi nama itu, lahir di RSUD Tembilahan melalui operasi cesar Kamis malam lalu. Saat lahir, bayi ini memiliki bobot 3.200 gram, dengan panjang 43 centimeter.

Bayi dua kepala itu merupakan bayi kembar siam jenis conjoined twins parapagus dicephalus tetrabrachius yang berarti bayi kembar dengan dua kepala, empat lengan, dua tulang belakang dan rongga dada yang menyatu. Namun, secara kasat mata bayi tersebut terlihat memiliki tiga tangan dengan satu tangan yang berada di antara dua leher berukuran lebih kecil. "Sudah final bayi kembar siam ini tidak mungkin dipisahkan karena meski memiliki dua kepala, namun semua organ tubuhnya kemungkinan hanya ada satu buah," katanya seperti dilansir ANTARA.

Menurut Nazardi Oyong, meski suhu badan dan respon rangasangan masih normal, bayi tersebut mengalami gangguan pernapasan karena kadar oksigen di dalam darah di bawah batas normal yang seharusnya 95-100 persen. Jika tidak menggunakan alat bantu, pernapasan bayi langsung memburuk dan tubuh membiru. Kini bayi tersebut masih dirawat secara intensif di ruang Perimatologi RSUD Pekanbaru.(AND)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini