Sukses

Ende dan Kegigihan Soekarno Melawan Imperialisme

Pengasingan di sejumlah tempat pernah dienyam Soekarno sebagai bukti kegigihan melawan imperialisme. Satu di antaranya di Kota Ende, Flores, Nusatenggara Timur.

Liputan6.com, Ende: Bisa dikatakan Kota Ende, Flores, Nusatenggara Timur, adalah bagian yang tak terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia melawan imperialisme. Hal itu tak aneh, soalnya di kota tua tersebut seorang di antara proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno, pernah diasingkan pada 17 Februari 1934 hingga Februari 1938. Kini, rumah yang pernah didiami Bung Karno di Jalan Perwira, Kelurahan Kota Ratu, Ende Selatan, menjadi museum. Dengan kata lain, rumah tua itu merupakan saksi bisu ketegaran Bung Karno menghadapi pembuangan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda hingga dipindahkan ke Bengkulu, karena menderita malaria [baca: Jejak-Jejak Sukarno di Bengkulu].

Di rumah ini, Putra Sang Fajar itu bermukim bersama istri pertamanya, Inggit Ganarsih. Tentu saja, tempat pengasingan yang terbilang terpencil ini tak lepas dari upaya penjajah untuk menjegal langkah perjuangan Singa Podium tersebut. Pada tahun 1933, Soekarno termasuk seorang di antara sejumlah tokoh pergerakan kebangsaan Indonesia yang ditangkap dan dibuang Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Selain Bung Karno, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir yang dibuang ke Banda Neira, Maluku.

Kendati demikian, menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ende Pua Moehsen, Bung Karno tak pernah kehilangan semangat perjuangannya. Hal itu bisa dibuktikan melalui benda-benda bersejarah yang masih tersisa di museum tersebut. Baik yang terletak di ruang tamu, ruang kerja hingga bagian belakang rumah. Bahkan, sebuah lukisan berjudul "Pura Bali" yang dilukis BK masih tergantung di dinding rumah tersebut. Lukisan ini menggambarkan ide orisinilnya mengenai Pancasila, nasib imperialisme Belanda yang telah goyah, dan harapan anak-anak bangsa.

Di bagian belakang bangunan terdapat sumur tua sedalam 12 meter yang hingga kini airnya masih jernih. Sumur ini menjadi tempat berwudu BK ketika hendak menunaikan ibadah salat di sebuah musala kecil. Di tempat suci ini, bekas tapak tangan dan dahi BK pun hingga kini masih terlihat.

Selain situs tersebut, Pua menambahkan, makam ibu mertua BK--Ibu Amsi--di Desa Karara, Kelurahan Rukunlima, Ende Selatan, juga menjadi fakta sejarah yang lain. Soalnya, ibunda Inggit inilah yang merawat dan memberi dorongan moril saat Soekarno menjalani masa pengasingan.

Tak hanya itu, sekitar satu kilometer dari Makam Ibu Amsi atau persis di sebelah lapangan sepakbola Perse, sebatang pohon sukun pun pernah menjadi saksi kehadiran Soekarno di Ende. Kala itu, pencetus Pancasila tersebut merenungkan nasib atau mencita-citakan kemerdekaan bangsanya hingga menulis surat kepada rekan-rekan seperjuangan sembari memandang Gunung Meja.(ANS/Syaiful Halim)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini